Badan Metreologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, bahwa pada masa peralihan musim, baik musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya dapat berpotensi terjadinya hujan es, sebagaimana yang terjadi di Tangse Kabupaten Pidie, Selasa sore.Fenomena hujan es memang sering terjadi di Indonesia, apalagi diwaktu masa transisi/peralihan musim baik dari musim kemarau ke musim hujan ataupun dari musim hujan ke musim kemarau,
“Fenomena hujan es memang sering terjadi di Indonesia, apalagi diwaktu masa transisi/peralihan musim baik dari musim kemarau ke musim hujan ataupun dari musim hujan ke musim kemarau,” ungkap Arijuddin prakirawan BMKG, Stasiun Malikussaleh, Aceh, Selasa malam.
Ia menambahkan terjadinya hujan es tersebut dikarenakan suhu dalam awan sangat dingin sehingga terjadi gumpalan es dan tidak sempat mencair saat turun ke bawah. Akibatnya terjadi fenomena hujan es sebagaimana yang terjadi di Tangse Pidie.
Ia melanjutkan, berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi fenomena serupa ditempat lain, biasanya satu hari sebelum turun hujan es, udara dari pagi hingga malam hari terasa panas, sehingga menyebabkan terjadinya pembentukan awan konvektif yang menggumpal dan awan tersebut terbentuk secara berlapis lapis. Awan inilah asal terjadinya hujan es turun, ujarnya.
Sambung prakirawan BMKG itu mengatakan, berdasarkan pengalaman juga biasanya, mulai pukul 10.00 pagi terlihat pertumbuhan awan Cumulus menjulang tinggi dan terlihat seperti bunga kol. Kemudian dari awan tersebut berubah menjadi awan Cumulonimbus yang berwarna abu-abu dan agak kehitaman.
“Perlu diketahui bahwa jika satu sampai tiga hari berturut-turut tidak ada hujan pada masa transisi atau pancaroba serta penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak, terang Arijuddin.
Oleh karena itu, diimbau kepada masyarakat agar selalu waspada apabila terlihat awan Cumulonimbus, dimana dengan adanya awan dimaksud, tentunya akan ada fenomena meteorologi tertentu yang akan terjadi. Seperti potensi hujan, baik itu hujan es atau bukan, angin kencang dan petir.
“Kapan datangnya hujan es kita tidak tahu, akan tetapi dapat mewaspadai terhadap keberadaan awan Cumulonimbus ini berdasarkan ilmu meteorologi. Kewaspadaan ini perlu dilakukan, mengingat wilayah kita (Aceh) akhir-ahir ini cukup panas. Jadi pada saat hujan pertama berpotensi diikuti juga angin kencang dan petir,” terangnya.
Pewarta: Mukhlis
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019