"Kalau sejauh ini sepengetahuan saya ini jumlah paling banyak. Mungkin di Indonesia cukup besar, apalagi di Bandung," kata Herry, saat di lokasi penemuan mortir, Selasa (5/3) malam.
Dia memastikan 87 butir mortir kaliber 80 tersebut merupakan model lama yang tidak mungkin diproduksi saat ini.
Pihaknya menduga bahwa mortir tersebut peninggalan masa kolonial pada era Perang Dunia Kedua.
Sementara itu mengenai daya ledak, dia belum mengetahui secara pasti, karena model dulu dengan yang sekarang itu berbeda.
Namun, ia pastikan bahwa mortir tersebut cukup mematikan.
"Secara umum, titik ledak radius 20 meter masih mematikan. Tapi pecahannya kecil, kita tidak tahu arahnya bisa menyebar kemana-mana," katanya lagi.
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana meninjau ke lokasi penemuan mortir tersebut, dan berharap penemuan ini jadi penemuan yang terakhir di Kota Bandung.
"Tentunya cukup prihatin ya dengan ada kejadian ini, tapi terima kasih aparat juga sudah tanggap, mudah-mudahan penemuan ini yang terakhir ya, karena ternyata ini mortir aktif, oleh karena itu perlu segera diamankan," kata Yana.
Dia mengimbau masyarakat Bandung juga perlu waspada ketika ada barang yang mencurigakan ditemukan.
Namun, ia juga menilai hal seperti ini juga adalah hanya kebetulan saja mengingat wilayah Indonesia adalah bekas jajahan.
"Ini jadi peringatan lah, maksudnya kita tinggal di daerah bekas Belanda, pernah ada perang juga di sini, ya kita, masyarakat juga waspada saja," katanya pula.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019