Kegiatan bertajuk "Indonesia-Australia Smart City Forum" tersebut, terselenggara sebagai bagian kegiatan kolaborasi Pemerintah Australia dan Asosiasi Pemerintah Kota se-Indonesia (APEKSI) dalam mewujudkan misi "ASEAN Smart City and Sustainable Cities" yang diselenggarakan pada 4-8 Maret 2019, kata Kabag Humas Pemkot Jambi, Abu Bakar, di Jambi, Rabu.
Pemerintah kota Jambi diundang pada forum tersebut selain Kota Tangerang Selatan, Binjai, Malang, Yogyakarta, dan Probolinggo. pada forum tersebut Pemkot Jambi dan Yogyakarta diberi kesempatan sebagai "role model" untuk mempresentasikan implementasi kota cerdas di Indonesia.
Wali Kota Syarif Fasha dalam paparannya menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Australia, melalui Komisi Perdagangan dan Investasi Australia yang telah mengundang dirinya untuk mempresentasikan inisiatif dan tantangan dalam pengembangan kota-kota cerdas dan berkelanjutan.
"Kota Jambi seperti kota-kota lain di Indonesia menghadapi beberapa tantangan, seperti pertumbuhan populasi yang tinggi, kurangnya transportasi yang dapat diandalkan dan infrastruktur yang memadai, kualitas layanan publik dan pungli," kata Fasha.
Kota Jambi memiliki sumber daya keuangan yang terbatas. Oleh karena itu, salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ini adalah mencari partisipasi dari banyak pemangku kepentingan dan menciptakan kota yang cerdas.
"Dalam konsep mengembangkan Kota Cerdas, menerapkan pendekatan kewirausahaan yang telah dialami dalam hidup saya sejauh ini sebelum saya menjadi Walikota Kota Jambi. Konsep dasarnya adalah Efisiensi dalam Penganggaran untuk Memberikan Layanan Publik yang Efektif," katanya.
Menurut Fasha, konsep kota pintar sebenarnya bukan pendekatan yang baru untuk Kota Jambi. Karena banyak layanan dapat dilakukan secara online dan dapat diakses secara luas untuk umum, sehingga orang dapat mengisi aplikasi di tempat dan waktu nyaman mereka sendiri.
"Di kota saya, aspek pertama untuk menerapkan kota pintar adalah kepemimpinan. Perencanaan Jangka Panjang dan Jangka Menengah kami, telah mengedepankan konsep Kota pintar sebagai misi pertama Kota Jambi. Kami juga telah menerapkan 26 (dua puluh enam) peraturan daerah untuk mendukung implementasi Smart City dan telah menandatangani tiga MoU sejauh ini," kata Wali Kota Jambi, Syarif Fasha.
Lebih lanjut, Wali Kota Jambi menyampaikan bahwa penerapan kota pintar sangat tergantung pada komitmen para pemimpin daerah, karena komitmen para pemimpin yang ingin belajar dan berinovasi diperlukan untuk mengubah kota.
Forum tersebut diakhiri dengan jamuan makan malam oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia. Kesempatan tersebut juga dimanfaatkan dengan baik oleh Wali Kota Fasha untuk menguatkan jejaring dan peluang investasi di Kota Jambi.
Dalam pertemuan itu, Dr Stephanie Fahey, CEO Australian Trade and Investment Commission (Austrade), menyampaikan bahwa melalui kegiatan "Indonesia-Australia Smart City Forum" pihaknya ingin melihat lebih jauh peluang kemitraan antara Australia dan daerah potensial di Indonesia.
Senada dengan itu, Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia, Simon Birmingham menyampaikan bahwa forum tersebut sebagai bagian kerjasama ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Australia.
"Indonesia memiliki peluang pasar yang besar terutama pada sektor smart city. Banyak perusahaan di Australia ingin berbagi pengalaman dan membangun kemitraan strategis di Indonesia. Saya harap forum ini dapat membangun kolaborasi bisnis Australia dan Indonesia. Kami ingin pemerintah terutama daerah menjadi mitra penghubung antara pengusaha Indonesia dan Australia, untuk berbagai sektor strategis dan potensial, seperti insfrastruktur, perdagangan, e-commerce dan lainnya," ujar Menteri Perdagangan Australia tersebut.
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019