"Pagi hari ini saya sangat berbahagia dan tadi ditayangkan di layar adalah perempuan-perempuan dengan aktivitas yang sangat luar biasa bagaimana perjuangan memotivasi dari ibu-ibu aktivis yang berkaitan dengan urusan ekonomi, KdRT, hukum dan lingkungan," kata Presiden Jokowi.
Menurut Presiden, apa yang dilakukan 16 perempuan pionir merupakan sebuah prestasi yang masih diharapkan muncul lebih banyak lagi dari perempuan Indonesia lainnya.
"Saya percaya peran sentral perempuan dalam mendidik anak-anak kita dan menopang ekonomi keluarga," katanya.
Presiden pun menceritakan pengalamannya waktu masih kecil di daerah Jawa Tengah.
"Saya rasakan betul betapa perjuangan seorang ibu dalam mengayomi, mendidik anak begitu beratnya. Saya rasakan betul, terutama dari sisi ekonomi," katanya.
Ia menyebutkan saat ini pemerintah memiliki banyak program ekonomi terkait pelaku usaha mikro, kecil, yang diharapkan bisa menopang peningkatan kesejahteraan dan ekonomi kekuarga.
Misal pembiayaan Ultra Mikro (UMi) UMI, yang telah menjangkai satu juta nasabah. Kemudian Mekaar untuk pelaku usaha mikro dan kecil dari PT PNM.
"Untuk Mekaar, 99 persen nasabahnya adalah ibu-ibu dan sudah menjangkau 4,2 juta nasabah," katanya.
Ia menyebutkan sering bertemu dengan ibu-ibu sebagai pelaku usaha mikro seperti berjualan gorengan, bakso, nasi uduk, berjualan di pasar dan lainnya.
Kegiatan ekonomi keluarga seperti itu, lanjutnya, sangat berat dalam praktiknya di lapangan, tidak semudah yang dibayangkan karena ada juga kompetisi.
"Itu menurut saya sebuah perjuangan berat, pagi subuh sudah siap di pasar, sore baru bisa kembali ke rumah untuk keluarganya," katanya.
Hadir dalam acara itu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri LHK Siti Nurbaya, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki.
Sementara itu 16 perempuan pionir yang juga hadir dalam acara itu adalah Jumiatun, kader pelayanan desa peduli buruh migran Desa Dukuh Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.
Selain itu, Sarakiyah Ketua Sekolah perempuan di Lombok Utara, Eros Rosita bidan desa di pedalaman suku Baduy, Srinani inisiator advokasi anggaran desa untuk kesehatan reproduksi dari Desa Sampiran Kabupaten Cirebon.
Selain itu Pdt Roswi Wuri SPAK Ketua Presidium sekolah perempuan di Poso, Lucia Sabina Haki tokoh adat pendamping korban kekerasan di Desa Letmafo Kecamatan Insana Tengah Kabupaten Timor Tengah Utara NTT.
Juga Ummi Hanisah pengasuh pesantren korban kekerasan di Aceh, Doliana Yakadewa pendamping korban KdRT di wilayah Adat Tabi Jayapura Papua, Eko Purwati Ketua Kelomlok Industri rumahan Desa Pasar Banggi Rembang.
Juga A Wahyuli SPd inisiator desa sadar gender dan desa layak anak di Kabupaten Bone Sulsel, Indo Uphe kades inisiator pelayanan kesehatan Desa Kalepu Mamuju, Sugih Hartini penyintas entrepreneur dan layanan informasi hak perempuan di Bandung.
Rusminah pemohon uji materi UU Perkawinan, Nurlina perempuan nelayan anggota sekolah perempuan, Nurul Latifah peremouan pelaku daur ulang sampah plastik di Jatim dan Tasya Ritzka Safira sebagai Duta Anak Jabar dan Duta HAM Anak dan Perempuan.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2019