“Kami ingin membawa kembali AS dan Korea Utara dalam meja negosiasi, karena kedua pihak perlu terlibat dalam dialog yang intensif,” kata Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom kepada sejumlah wartawan di Jakarta, Rabu.
Menurut Dubes Kim, Presiden Donald Trump telah melakukan panggilan telepon kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, sesaat setelah pertemuannya dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Hanoi, pekan lalu.
Dalam pembicaraan telepon tersebut, Presiden Trump meyakinkan Korea Selatan dan Jepang, dua sekutu Amerika Serikat di kawasan, bahwa dirinya akan mempertahankan momentum dialog dengan Korea Utara.
Presiden Trump juga secara khusus meminta Presiden Moon menjembatani perbedaan-perbedaan antara AS dan Korea Utara, terutama menyangkut denuklirisasi dan pencabutan sanksi ekonomi.
“Presiden Moon menanggapi pernyataan tersebut dengan komitmen kuat bahwa pemerintah Korea Selatan akan bekerja sama dengan pemerintah AS dan Korea Utara untuk menghasilkan solusi guna menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut,” tutur Dubes Kim.
Namun, Kim menambahkan, pemerintah Korea Selatan memahami bahwa upaya menciptakan perdamaian sejati di Semenanjung Korea membutuhkan proses yang panjang.
Bahkan, setelah pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan Kim diadakan dua kali, yakni di Singapura pada Juni 2018 dan di Hanoi pada Februari 2019, tidak serta-merta dapat menyelesaikan persoalan yang telah berlangsung selama hampir 65 tahun.
Karena itu, sebagai langkah awal, Korea Selatan akan mencoba mengidentifikasi posisi dan perbedaan persepsi masing-masing pihak untuk menangani masalah bilateral AS dan Korea Utara, kemudian mengajak kedua pihak duduk bersama meskipun dimulai pada tingkat pejabat tinggi.
“Saya senang mengetahui bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah menyampaikan akan mengirim tim ke Korea Utara untuk membuat bola perundingan terus bergulir,” kata Dubes Kim.
Meskipun prosesnya sangat menantang, Dubes Kim menegaskan langkah untuk merealisasikan perdamaian sejati di Semenanjung Korea tidak menuju jalan buntu, melainkan hanya terhambat.
“Mungkin kami perlu waktu untuk sama-sama mendinginkan kepala dan mencoba mencari solusi kreatif untuk mempersempit perbedaan antara kedua pihak,” tutur dia.
Baca juga: Korea Selatan kecewa atas hasil pertemuan kedua Trump-Kim
Baca juga: PM Jepang: saya dukung Trump akhiri ktt dengan Kim tanpa kesepakatan
Baca juga: Trump: Korut tak punya masa depan ekonomi jika punya senjata nuklir
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019