"Paling penting adalah bagaimana mengolah produk kelapa agar bisa meningkatkan nilai tambah petani,"
Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Utara Refly Ngantung mengajak petani setempat untuk tidak hanya mengolah kelapa menjadi kopra tetapi juga diolah menjadi produk turunan lainnya.
"Paling penting adalah bagaimana mengolah produk kelapa agar bisa meningkatkan nilai tambah petani," kata Refly di Manado, Jumat.
Selain mengelola kopra, petani bisa saja melakukan variasi dengan membuat minyak kelapa, "virgin coconut oil" atau VCO, "hydrococo", arang tempurung hingga sabut kelapa."Ini bentuk-bentuk variasi pengolahan kelapa, dan tidak hanya fokus pada satu produk saja seperti kopra," ujarnya.
Refly berharap, nilai ekonomi tinggi yang dimiliki tanaman kelapa ini mampu dimaksimalkan petani untuk meningkatkan kesejahteraannya. "Ini yang selalu kami sosialisasikan bagi petani kelapa, jangan hanya terpola pada satu produk olahan, tapi kelolalah produk lain dari sumber yang sama (kelapa)," ujarnya.
Dia mencontohkan, mengolah kelapa menjadi satu kilogram kopra seharga Rp5.000 membutuhkan kelapa sebanyak lima butir, atau rata-rata setiap butir dihargai Rp1.000. Ketika dikelola menjadi minyak goreng seharga Rp30.000 per kilogram juga membutuhkan sebanyak lima butir kelapa.
"Artinya, setiap butir kelapa dihargai sebesar Rp6.000, katakanlah dipotong biaya operasional selama pengolahan sebesar Rp2.000 per butir, harga setiap butir masih lebih tinggi yakni Rp4.000 dibanding ketika dikelola menjadi kopra," ujarnya.
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019