• Beranda
  • Berita
  • Kepala LIPI sebut jumlah peneliti dan pegawai administrasi tak proporsional

Kepala LIPI sebut jumlah peneliti dan pegawai administrasi tak proporsional

8 Maret 2019 13:49 WIB
Kepala LIPI sebut jumlah peneliti dan pegawai administrasi tak proporsional
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat (8/3/2019). (ANTARA/Fransiska Ninditya)

LIPI ini dari 4.500 orang, 2.500 orang di antaranya itu administrasi pendukung, (sedangkan) penelitinya hanya 2.000 (orang). Sehingga isinya pusat penelitian itu 60 persen administrasi, sedangkan 40 persen peneliti. Kan itu lucu

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan komposisi pegawai peneliti dan administrator di lembaga riset pemerintah itu saat ini tidak proporsional, yakni dengan jumlah peneliti lebih sedikit.

“LIPI ini dari 4.500 orang, 2.500 orang di antaranya itu administrasi pendukung, (sedangkan) penelitinya hanya 2.000 (orang). Sehingga isinya pusat penelitian itu 60 persen administrasi, sedangkan 40 persen peneliti. Kan itu lucu,” kata Handoko di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat.

Dengan menetapkan kebijakan reorganisasi, Handoko menjelaskan nantinya para pegawai administrasi akan dipindahkan ke 32 tempat penelitian milik LIPI yang tersebar di 22 daerah.

Hal itu bertujuan agar para peneliti LIPI dapat fokus mengembangkan penelitian di Jakarta, sehingga kualitas riset yang dimiliki pemerintah dapat meningkat.

“Ini saja (komposisinya) sudah jomplang, jadi kita harus melakukan sesuatu supaya ada efisiensi. Kita kita akan tarik ke pusat, sehingga pusat penelitian hanya mengurusi penelitian saja. Jadi, minimal saya bisa membuat peneliti pusat fokus dengan penelitian, tidak direpotkan dengan administrasi,” jelasnya.

Handoko menilai kekhawatiran sebagian besar pegawai LIPI terhadap kebijakan reorganisasi ini antara lain terkait capaian kinerja para pegawai lembaga riset pemerintah tersebut.

“Ya bayangan saya mungkin itu, salah satunya KPI (key performance indicator) memang. Tapi kan kalau ASN sekarang, kalau tidak ada KPI nanti pembayar pajak tidak rela. Padahal gaji dan tunjangannya naik terus, tapi diberlakukan KPI tidak mau. Penelitian di seluruh dunia basisnya KPI, kalau tidak nanti tidak maju, peneliti kan tidak berarti bisa seenaknya,” jelasnya.

Kebijakan reorganisasi itu mendapat penolakan dari sebagian pegawai LIPI, antara lain memunculkan mosi tidak percaya kepada Handoko. Sebanyak 65 profesor riset dan peneliti utama LIPI mengeluarkan mosi tidak percaya kepada Handoko dan meminta supaya yang bersangkutan diberhentikan sebagai pemimpin lembaga riset tersebut

Peneliti LIPI dari bidang kepakaran perkembangan politik Profesor Doktor Hermawan Sulistyo dalam konferensi pers di kantor LIPI Jakarta, Kamis, mengatakan perkembangan situasi LIPI semakin memburuk akibat kepemimpinan Handoko yang dinilai otoriter, tidak transparan, tidak kolegial, tidak partisipatif, tidak humanis, dan tidak inklusif.

Ia mengatakan efek buruk dari kepemimpinan Handoko bisa menimbulkan demotivasi dan demoralisasi para peneliti LIPI yang akan berakibat pada penurunan kualitas produksi ilmu pengetahuan lembaga tersebut.

Baca juga: Menristekdikti sebut reorganisasi LIPI dihentikan sementara
Baca juga: Kisruh LIPI, Wapres panggil Menristekdikti dan Kepala LIPI

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019