Pemerintah Kabupaten Madiun mencatat kerugian pertanian akibat banjir yang melanda wilayah itu selama beberapa hari terakhir mencapai Rp7,106 miliar lebih dengan luas sawah yang terendam 497 hektare.Rata-rata tanaman padi yang terendam berusia 70 hari
"Rata-rata tanaman padi yang terendam berusia 70 hari. Ada juga dua hektare lahan persemaian," ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Madiun Edy Bintarjo di Madiun, Jumat.
Ia mengakui, jumlah kerugian akibat bencana itu yang ditanggung petani cukup besar. Meski demikian Dinas Pertanian setempat belum menyatakan puso.
Namun, katanya, jika nantinya mendekati masa panen terjadi puso, petani yang mengikuti asuransi tani akan mendapatkan ganti rugi Rp6 juta per hektare.
"Sedangkan bagi petani yang tidak ikut asuransi, akan kami coba meminta bantuan benih ke provinsi karena ini terkena bencana banjir," kata Edy.
Data BPBD setempat di posko penanganan bencana Kabupaten Madiun menyebutkan areal sawah yang paling banyak terendam banjir di Kecamatan Balerejo, yakni mencapai 147 hektare. Sisanya tersebar di areal sawah daerah lain, seperti Kecamatan Madiun, Wungu, dan Pilangkenceng.
Hasil pendataan BPBD Kabupaten Madiun pada Jumat hingga pukul 12.00 WIB, jumlah wilayah yang terdampak banjir mencapai 12 kecamatan, 52 desa, 5.707 KK, 497 hektare lahan pertanian, 5.024 pemukiman rusak ringan, dan 62 pemukiman rusak berat.
Kecamatan yang terdampak tersebut, antara lain Madiun, Saradan, Balerejo, Pilangkenceng, Sawahan, Mejayan, Wungu, Wonoasri, Gemarang, Kebonsari, Kare, dan Dagangan.
Saat ini, Pemkab Madiun mulai fokus pada penanganan pascabajir karena air telah surut hampir di semua wilayah, di antaranya penyediaan air bersih, layanan kesehatan, dan perbaikan infrastruktur yang rusak.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019