Investor pun semakin tergiur untuk membiayai film-film Indonesia.
"Dari 2016 mulai AADC2 (Ada Apa Dengan Cinta), My Stupid Boss, Warkop sampai penontonnya tujuh juta orang," kata Mira di konferensi pers Festival Sinema Australia Indonesia 2019, Jakarta, Jumat.
Namun, ia menilai, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh para pegiat film Tanah Air agar keberhasilan saat ini bisa bertahan lama.
"Di saat yang sama, dulu bikin film susah cari dana. Sekarang cari dana mudah, tapi cari orang yang kompeten lebih sulit," ujarnya.
Satu bagian yang jadi perhatian Mira adalah soal penulisan skenario yang jadi faktor penting dalam menentukan kualitas film.
Mira menilai Indonesia bukannya tak punya sumber daya manusia yang berbakat, hanya saja belum banyak tempat menumbuhkan benih-benih bakat penulis skenario di Tanah Air.
Dia menyambut baik lokakarya yang jadi salah satu bagian dari Festival Sinema Australia Indonesia 2019 di mana sineas antar negara bisa saling bertukar ilmu.
"Jika sudah banyak belajar, pasti kualitas film meningkat. Jika jumlah penonton berkembang tapi kualitas tidak berkembang, responsnya bisa turun karena penonton semakin cerdas," tutur dia.
Saat ini Mira menyiapkan film baru yang diadaptasi dari film Korea "Sunny" yang jadi box office hits pada 2011 di Negeri Ginseng.
"Sunny" versi Indonesia akan mulai syuting pada pekan ketiga Maret 2019.
Baca juga: Mengenal negara tetangga lewat Festival Sinema Australia Indonesia
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019