• Beranda
  • Berita
  • Dinkes Lebak temukan 15 warga Badui positif frambusia

Dinkes Lebak temukan 15 warga Badui positif frambusia

9 Maret 2019 22:20 WIB
Dinkes Lebak temukan 15 warga Badui positif frambusia
Ilustrasi- Suku Baduy Dalam Suku Badui Dalam, Yuniardi memasangkan gelang akar kepada petugas kepolisian di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa, (6/5). Suku Badui Dalam asal Lebak, Banten kerap melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki dari daerah asal menuju Ibu Kota. Selain mengunjungi kerabat, mereka biasanya menjual kerajinan tangan menambah biaya hidup selama perjalanan yang bisa ditempuh dalam waktu dua pekan. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak menemukan sebanyak 15 warga Badui positif terjangkit frambusia atau sejenis penyakit kulit yang menyerang sekujur tubuh.


Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak menemukan 15 warga Badui positif terjangkit frambusia atau sejenis penyakit kulit yang menyerang sekujur tubuh.

"Warga Badui yang terjangkit frambusia itu tersebar di Kampung Cikawartana, Cikeusik dan Cibeo," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah di Lebak, Sabtu.

Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan belum lama ini melakukan pemeriksaan juga pengobatan massal di kawasan permukiman Badui.

Namun, ditemukan positif sebanyak 15 warga Badui mengidap frambusia. Masyarakat yang terjangkit frambusia itu menjalani pengobatan agar tidak menularkan kepada warga lainnya.
Sebab, penyakit tersebut bisa menular ke orang lain jika tidak dilakukan pengobatan.

Pengobatan frambusia juga dilakukan secara berkala oleh petugas kesehatan masyarakat (puskesmas) setempat.

Penyebaran penyakit langka itu akibat buruknya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti berpakaian sampai berminggu-minggu tidak diganti, mandi tidak menggunakan sabun, dan bahkan warga Badui ketika tidur tidak beralas tikar.

Perilaku seperti itu, kata dia, merupakan budaya masyarakat Badui sehingga petugas medis kesulitan untuk mengubah pola hidup bersih dan sehat.

"Saya kira dipastikan penyakit frambusia sulit menghilang di kawasan Badui, karena pola hidup kurang bersih itu," ujarnya menjelaskan.

Menurut dia, jumlah penderita frambusia saat ini mencapai puluhan menimpa warga Badui dan mereka dilakukan pengobatan oleh petugas medis setempat agar sembuh dan tidak menularkan pada warga lainnya.

Meskipun penyakit frambusia itu tidak mematikan, karena menyerang pada bagian kulit saja, seperti luka koreng, tetapi bisa menurunkan produktivitas.
Pengobatan frambusia dilakukan penyuntikan jenis Benzetin untuk membunuh kuman-kuman pada bagian tubuhnya.

Namun, hingga kini penyakit koreng-koreng yang menyerang bagian kaki, tangan dan badan belum terbebas dari daerah itu.

"Kami terus melakukan pengobatan bagi penderita agar tidak menular pada warga lainnya," katanya. (*)

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019