"Dari total produksi sampah tersebut, kami baru mampu menangani sekitar 52 persen saja," kata Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pelayanan Persampahan DLH Kabupaten Sleman, Sri Restuti Nurhidayah di Sleman, Senin.
Menurut dia, sisanya adalah sampah-sampah liar yang masih berserakan di jalan maupun selokan.
"Dari 52 persen tersebut, 32 persen dibuang ke tempat pengelolaan sampah akhir (TPSA) Piyungan, Bantul. Sampah yang dibuang ke Piyungan merupakan residu yang tidak bisa dikelola oleh dinas," katanya.
Ia mengatakan, penanganan sampah yang dilakukan mulai dari pengurangan dan pengelolaan sampah.
"Satu orang menghasilkan rata rata 0,65-0,7 kilo gram(Kg) sampah per orang per hari," katanya.
Sri mengatakan, kesulitan untuk penanganan sampah lebih kepada menyadarkan masyarakat. Sebab masyarakat lebih sering bersikap praktis.
"Perilaku mereka ini asal ada tumpukan sampah, maka ikut membuang sampah, dan dikira itu adalah tempat pembuangan sampah," katanya.
Ia mengatakan, untuk penanganan masalah tersebut DLH Sleman telah berkoordinasi dengan pemerintah setempat agar bisa menindak para pembuang sampah sembarangan.
"Kami tidak bisa bekerja sendiri, untuk itu mulai dari tingkat padukuhan harus ikut andil," katanya.
DLH Sleman, kata dia, juga telah menyiagakan 34 truk pengangkut sampah. Namun, untuk masyarakat yang ingin sampahnya diangkut harus melakukan permohonan dulu.
"Sebab truk sampah ini operasional berdasarkan permohonan. Biasanya mereka yang tinggal di kawasan perkotaan, kalau desa biasanya sudah bisa mengelola sendiri," kata Sri.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019