• Beranda
  • Berita
  • Kembali ke Madrid adalah pertaruhan reputasi Zidane

Kembali ke Madrid adalah pertaruhan reputasi Zidane

12 Maret 2019 02:10 WIB
Kembali ke Madrid adalah pertaruhan reputasi Zidane
Zinedine Zidane menghadiri jumpa pers di Valdebebas, Madrid, Senin (11/3) terkait penunjukkan kembali dirinya sebagai pelatih Real Madrid menggantikan Santiago Solari. Reuters/Juan Medina
Zinedine Zidane resmi kembali melatih Real Madrid sejak Senin (11/3) petang waktu Spanyol atau Selasa dini hari WIB, menyusul pemecatan Santiago Solari.

Bagi Madrid, raihan sembilan gelar dalam dua tahun dan lima bulan di masa kepelatihan pertama Zidane tentu menjadi alasan mengapa pria Prancis itu adalah pilihan tepat.

Namun, bagi Zidane, keputusan ia untuk kembali ke Madrid sudah tentu menjadi pertaruhan reputasinya yang berada di tempat tertinggi ketika ia meninggalkan kursi pelatih pada 31 Mei 2018 lalu.

Baca juga: Harapan sempat melambung, Solari malah senasib Lopetegui
Baca juga: Resmi! Madrid pecat Solari dan tunjuk kembali Zidane


Zidane pergi hanya lima hari setelah mengantarkan Madrid menjuarai Liga Champions 2017-2018 dengan mengalahkan Liverpool 3-1 di partai final.

Kemenangan di Kiev kala itu memastikan Madrid mencatatkan three-peat Liga Champions alias menjuarai kompetisi itu tiga musim beruntun.

Capaian itu merupakan prestasi terbaik sebuah tim di era Liga Champions, setelah sebelumnya Madrid juga membawa pulang trofi Piala Champions --nama kompetisi tertinggi antarklub Eropa hingga 1991-- lima musim beruntun pada 1956-1960.
 
Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane mengangkat trofi Liga Champions usai mengalahkan Juventus 4-1 di babak final Liga Champions yang digelar di Stadion Nasional Wales, Cardiff, 3 Juni 2017. Reuters/ Eddie Keogh Livepic (Reuters/Eddie Keogh Livepic)


Namun, Zidane merupakan pelatih pertama yang melakukan three-peat Liga Champions, sebab ketika lima kali memenangi Piala Champions, Madrid diantarkan oleh tiga pelatih yang berbeda yakni Pepe Villalonga, Luis Antonio Carniglia dan Miguel Munoz.

Terlebih lagi, ketika memilih untuk tak memperpanjang kontraknya sepuluh bulan silam, Zidane menyebut Madrid membutuhkan panduan dan metode kerja yang berbeda.

Nyatanya, setidaknya dua panduan dan metode kerja yang dilakukan oleh Julen Lopetegui dan Santiago Solari tak mampu mengantarkan Madrid bertahan di jalur kesuksesan, sesuatu yang sebetulnya memberi nilai tambah bagi reputasi Zidane sebagai sosok tak tergantikan.

Belum lagi, bukan tidak mungkin, tenor kedua Zidane di Madrid tak sesukses tenor pertamanya. Sesuatu yang akan mencederai reputasi Zidane.

Pada akhirnya biarkan waktu yang menjawab apakah kontrak kerja Zidane dan Madrid yang berdurasi hingga 30 Juni 2022 bakal bisa terpenuhi atau justru berakhir di tengah jalan seperti Lopetegui dan Solari.

Baca juga: Solari mulai cari kambing hitam hasil buruk Madrid
Baca juga: Solari tidak ingin dibanding-bandingkan dengan Zidane
Baca juga: Bale akui tidak bicara dengan Zidane sejak final Liga Champions

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2019