• Beranda
  • Berita
  • Ada risiko memiliki hewan peliharaan bagi lansia

Ada risiko memiliki hewan peliharaan bagi lansia

12 Maret 2019 07:08 WIB
Ada risiko memiliki hewan peliharaan bagi lansia
Ilustrasi berjalan dengan anjing peliharaan (Shutterstock)
Mereka yang memelihara hewan peliharaan - terutama anjing - telah terbukti memilki harapan hidup lebih lama, lebih sehat daripada orang yang tidak memelihara hewan peliharaan karena merawat anjing juga memerlukan aktivitas yang membuat tubuh terus bergerak.

Namun, seperti dilansir dari Time, Rabu (6/3), sebuah studi dalam JAMA Surgery menunjukkan para lansia yang memiliki anjing dan sering mengajaknya jalan-jalan berpotensi patah tulang.

Para peneliti memeriksa data dari National Electronic Injury Surveillance System, yang mencatat cedera yang dilaporkan oleh pasien dari 100 ruang gawat darurat rumah sakit Amerika Serikat.

Pada tahun 2014, hampir 1.700 orang dewasa berusia 65 dan lebih tua masuk ruang gawat darurat karena patah tulang yang terkait kegiatan berjalan-jalan dengan anjing peliharaan. Pada 2017, jumlahnya meningkat menjadi hampir 4.500.

"Orang-orang secara intuitif mengetahui banyak manfaat memelihara hewan. Tidak mengherankan, kepemilikan hewan peliharaan meningkat dari waktu ke waktu, termasuk di antara para manula, yang hidup lebih lama dan berupaya hidup lebih sehat," kata Dr. Jaimo Ahn, seorang profesor bedah ortopedi di University of Pennsylvania School of Medicine.

Hampir 30 persen senior yang terluka dan dirawat di rumah sakit, dan hampir 20 persen menderita patah tulang pinggul.

Jenis patah tulang ini terkait dengan penurunan jangka panjang dalam kualitas hidup dan kemampuan fungsional, serta tingkat kematian mendekati 30 persen.

"Seiring bertambahnya usia, kita harus mempertimbangkan baik risiko maupun manfaat dari aktivitas fisik yang kita inginkan," ujar Ahn.

Berjalan dengan anjing bisa meningkatkan kekuatan lansia, kemampuan berjalan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Namun, jangan abai pada risiko yang menyertainya, yakni patah tulang.




Baca juga: Cara hidup sehat bagi lansia agar tidak demensia

Baca juga: Lakukan ini kala nyeri sendi muncul

Baca juga: Alzheimer, "hantu" lansia
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019