"Kami juga 2019 ini dengan negara-negara Afrika seperti Mozambik, Tunisia, Maroko adalah kelompok negara yang menjadi prioritas untuk kami proses dan selesaikan negosiasinya," kata Enggar pada Peresmian Pasar Rakyat dan Pembukaan Raker Kementerian Perdagangan di ICE BSD Serpong, Selasa.
Enggar menjelaskan untuk meningkatkan ekspor, Indonesia berupaya menjaga pasar lama dan membuka pasar baru dengan melakukan delegasi bisnis.
Menurut dia, melalui perjanjian dagang dengan Tunisia dan Maroko, Indonesia bisa mendapatkan bebas pengenaan bea tarif (zero tariff) ke sebagian negara Eropa melalui dua negara hub tersebut.
Selain kedua negara itu, Korea Selatan dan Bangladesh juga menjadi negara yang menjadi prioritas pemerintah untuk segera diselesaikan perjanjian dagangnya.
"Bangladesh juga dalam proses, lalu kita juga meluncurkan kembali dengan Korea Selatan, mereka sudah punya perjanjian dengan negara-negara lain. Jadi kita mengejar ketertinggalan itu," kata Enggar.
Ia menambahkan bahwa sebagai dukungan dan untuk meningkatkan daya saing produk Palestina, Indonesia menghapus tarif bea masuk produk kurma dan minyak zaitun asal negara tersebut.
"Kami telah merealisasikan perintah dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Keuangan. Kini kurma Palestina sudah bisa ditemui di pasar-pasar kita. Ini menunjukkan dukungan konkret kami" katanya.
Di tengah memanasnya perang dagang dan lemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, total ekspor Indonesia tetap tumbuh positif pada tahun 2018, baik dari segi nilai maupun volume. Ada pun total ekspor Indonesia naik sebesar 6,7 persen dari 168,8 miliar dolar AS pada 2017 menjadi 180 miliar dolar AS pada 2018. ***1***
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2019