Harga minyak sawit akan cenderung lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang, karena produksi akan berkembang pada kecepatan yang lebih lambat sementara pertumbuhan konsumsi relatif kuat, Fitch Solutions mengatakan pada Selasa.Produksi minyak sawit global akan tumbuh pada tingkat yang lebih rendah 3,9 persen menjadi 73,2 juta ton tahun ini
Fitch Solutions mengatakan dalam sebuah laporannya bahwa mereka percaya ada kenaikan di depan dalam beberapa bulan mendatang untuk harga minyak sawit dan mempertahankan perkiraan harga minyak sawit rata-rata pada 2.300 ringgit (564 dolar AS) per ton tahun ini atau tingkat rata-rata yang sama pada 2018.
Harga minyak sawit berbalik naik (rebound) pada awal tahun ini, dari rekor terendah pada Desember 2018, didorong oleh reli harga minyak mentah dan berita positif untuk permintaan minyak sawit seperti penurunan bea masuk minyak kelapa sawit India.
Fitch Solutions memperkirakan produksi minyak sawit global akan tumbuh pada tingkat yang lebih rendah 3,9 persen menjadi 73,2 juta ton tahun ini.
Di antara mereka, sebut Xinhua, produksi Malaysia hanya akan meningkat 2,2 persen menjadi 20,1 juta ton tahun ini, dibandingkan dengan pertumbuhan 4,3 persen yang tercatat tahun lalu.
Lembaga riset itu juga memproyeksikan konsumsi minyak sawit global akan tumbuh lebih kuat pada lima persen, tingkat tercepat yang tercatat sejak 2014, karena pertumbuhan produksi biodiesel akan meningkat dengan Indonesia dan Malaysia semakin mendukung industri ini.
Menurut laporan itu, konsumsi minyak sawit China tahun ini juga diproyeksikan naik sembilan persen tahun ke tahun (yoy) menjadi 5,57 juta ton dari 5,11 juta ton pada tahun lalu.
Fitch Solutions juga mempertahankan pandangannya bahwa harga minyak sawit rata-rata lebih tinggi pada 2.370 ringgit per ton tahun depan, karena stok perlahan-lahan akan menurun tahun ini.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019