Doni, usai rakor di Palembang, Selasa mengatakan, mengingat besarnya biaya pemadaman, maka perlu pencegahan sejak dini melalui sosialisasi kepada masyarakat.
Jadi lebih baik mencegah dengan membina masyarakat di sekitar lahan gambut sebelum terjadinya kebakaran yang dapat menghabiskan uang ratusan miliyar rupiah untuk memadamkan api, ujar dia.
Ia mengatakan, dana yang dihabiskan hingga sekitar Rp1 triliun itu terkait pencegahan timbulnya kabut asap, karena di Sumsel pada 2018 itu akan digelar ajang internasional, Asian Games.
Pada 2018 itu, lanjut dia, bencana kabut asap tidak boleh timbul seperti yang terjadi pada 2015.
Dia mengatakan, dari pada dana habis untuk memadamkan api lebih baik dana tersebut diberikan kepada masyarakat.
“Saya berharap kepada jajaran TNI, Polri dan unsur Pemda agar bekerja sama dalam merawat masyarakat kita, untuk dilakukan pembinaan tentang pencegahan kebakaran hutan dan lahan," katanya.
Masyarakat bisa diberdayakan memanfaatkan lahan gambut untuk menghasilkan tanaman ekologis dan sekaligus ekonomis seperti tanaman kopi liberica, sagu dan pohon aren.
Sehubungan dengan itu pihaknya meminta kepada para Kepala BPBD dan perangkatnya yang ada di provinsi dan kabupaten serta kota agar mennyosialisasikan kepada masyarakat supaya tidak membakar lahan gambut untuk membuka perkebunan.
"Cegah dini penting, dukungan dari seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan," tambah dia.
Dalam rapat koordinasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan itu dihadiri antara lain Pangdam II/Sriwijaya Mayjen TNI Irwan, Danrem sebagai Dansatgas Karhutla Kolonel Arah Sony Septiono, Wakil Gubernur Mawardi Yahya dan Kapolda Irjen Pol Zulkarnain Adinegara, serta Ketua BPBD Sumsel Iriansyah.
Baca juga: BNPB: Sumsel harus bentuk tim pencegahan karhutla
Baca juga: 15 helikopter disiagakan cegah kebakaran lahan Sumsel
Pewarta: Ujang Idrus
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019