Kelima kecamatan yang dilanda angin kencang tersebut yakni Kecamatan Pakem, Ngaglik, Ngemplak, Turi dan Kecamatan Kalasan.
Salah satu lokasi kejadian yaitu di Dusun Kledokan, Umbulmartani tepatnya di Jalan Kaliurang Km 16 yang bahkan menyebabkan korban luka.
"Korban luka antara lain atas nama Haryanto warga Muntilan yang mengalami cidera pada kaki," kata anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Heru Asmara di lokasi kejadian.
Menurut dia, hujan mulai turun sekitar pukul 13.30 WIB, kemudian sekitar pukul 14.15 itu angin mulai bertiup kencang.
"Angin kencang merobohkan pohon Munggur yang berdiameter 1 meter. Akibatnya pohon tersebut melintang di jalan dan menutup akses kendaraan dan mengakibatkan tiga motor dan satu mobil rusak.
"Satu orang korban luka yaitu Haryanto kemudian kami larikan ke RS Panti Nugroho," katanya.
Heru juga mengatakan, angin kencang juga menerjang di daerah Pulowatu, Pakem yang mengakibatkan tujuh korban luka.
Angin kencang juga menyebabkan pohon kelapa tumbang dan menimpa satu bangunan rumah Joglo.
"Mereka saat kejadian sedang membangun rumah, lalu tertimpa pohon kelapa. Saat ini juga dirawat di rumah sakit," katanya.
Ia mengatakan, Jalan Kaliurang sempat ditutup dari sekitar pukul 14.30 hingga sekitar jam lima sore. Anggota TRC BPBD melakukan pemotongan pohon melintang dibantu anggota kepolisian.
Pihaknya juga mengerahkan satu unit backhoe untuk melakukan evakuasi pohon yang melintang. Juga untuk mengevakuasi satu warung yang ikut terangkat saat kejadian angin kencang.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman mengatakan, kejadian angin kencang tersebut mengakibatkan 12 orang luka-luka.
"Korban luka-luka semuanya mendapat perawatan di RS Panti Nugroho Pakem," katanya.
Selain itu, puluhan pohon di lima kecamatan tumbang serta mengakibatkan sejumlah rumah rusak berat, sedang dan ringan.
"Mayoritas kerusakan karena atap genteng maupun seng berterbangan," katanya.
Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Mlati Djoko Budiyono mengatakan saat hujan lebat kecepatan angin bisa mencapai di atas 20 knot atau di atas 36 km/jam.
"Dengan kategori hujan lebat mencapai 20 mm/jam," katanya.
Menurut dia, prediksi iklim pada Maret ini di DIY masih dalam kategori basah. Artinya, potensi hujan masih cukup tinggi terjadi dengan rata-rata hujan bulanan mencapai di atas 300 mm/bulan.
"Dari hasil analisa cuaca saat ini hingga 2-3 hari ke depan kondisi di DIY masih berpotensi terjadi hujan lebat yang dapat disertai angin kencang dan petir," katanya.
Hal tersebut, kata dia, karena didukung dengan kondisi dinamika atmosfer dan laut yang memungkinkan potensi tersebut terjadi.
"Faktor pemicu karena munculnya tekanan rendah di Samudera Hindia di barat Jawa/Sumatera dan utara Australia. Dengan kemunculan low pressure ini akan memberi dampak pada penguatan angin baratan atau monsoon Asia," katanya.
Baca juga: BMKG imbau masyarakat tetap waspada fenomena MJO
Baca juga: BMKG: MJO picu cuaca ekstrem di Yogyakarta
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019