• Beranda
  • Berita
  • Minyak naik sekitar dua persen setelah pertumbuhan pasokan melemah

Minyak naik sekitar dua persen setelah pertumbuhan pasokan melemah

14 Maret 2019 06:40 WIB
Minyak naik sekitar dua persen setelah pertumbuhan pasokan melemah
Illustrasi: Suasana pengendara mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Kawasan Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta (ANTARA FOTO/RENO ESNIR)

Saya perkirakan melihat WTI mencapai 60 dolar AS per barel dalam beberapa minggu ke depan

Harga minyak berjangka menguat sekitar dua persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun dan perkiraan resmi pertumbuhan pasokan minyak mentah dari produsen-produsen utama dunia direvisi lebih rendah.

Pemadaman listrik yang meluas di Venezuela yang telah menghentikan ekspor minyak mentah dari negara anggota OPEC yang telah mengalami pengurangan pengiriman dari sanksi-sanksi AS, juga membantu memperketat pasar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei, naik 0,88 dolar AS atau 1,32 persen, menjadi ditutup pada 67,55 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 1,39 dolar AS atau 2,44 persen, menjadi menetap pada 58,26 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Kedua acuan harga minyak berakhir di level tertinggi sejak pertengahan November.

Stok minyak mentah AS turun pekan lalu karena kilang-kilang meningkatkan produksi, kata Badan Informasi Energi AS (EIA). Persediaan minyak mentah AS turun 3,9 juta barel di minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk kenaikan 2,7 juta barel.

"Dengan kilang-kilang mulai perlahan keluar dari perawatan, pemotongan OPEC mulai menendang, dan pasokan Venezuela, Anda mungkin akan melihat lebih banyak penarikan (permintaan) dalam beberapa minggu mendatang," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago. "Itu terlihat sangat mendukung ketika kilang-kilang keluar dari perawatan."

Data EIA lainnya menunjukkan produksi minyak mentah AS turun dari rekor tertinggi, berkurang 100.000 barel per hari (bph) menjadi 12 juta barel per hari minggu lalu.

Pada Selasa (12/3), EIA merevisi turun perkiraan untuk pertumbuhan produksi minyak mentah domestik pada 2019. EIA juga merevisi turun angka proyeksinya untuk produksi 2020.

"Walaupun revisinya kecil, bagian yang menyenangkan untuk bulls (bergairah) adalah bahwa arah revisi turun daripada naik," kata Ahli Strategi Minyak Global BNP Paribas, Harry Tchilinguirian di London,  kepada Reuters Global Oil Forum.

Ekspor dari terminal minyak utama Venezuela telah terdampar karena pemadaman terparah selama ini telah menyebabkan sebagian negara itu tidak memiliki listrik selama sekitar satu minggu.

Terminal kembali beroperasi pada Rabu (13/3), menurut dua sumber dan data Refinitiv Eikon, tetapi pengiriman belum dimulai. Listrik telah dipulihkan ke banyak wilayah negara dalam beberapa hari terakhir.

"Saya perkirakan melihat WTI mencapai 60 dolar AS per barel dalam beberapa minggu ke depan karena persediaan di AS dipengaruhi oleh kurangnya impor Venezuela," kata Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow di Houston.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari pemangkasan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.

Pada Senin (11/3), Arab Saudi, mengindikasikan pihaknya akan memangkas ekspor pada April. Menteri Energi Khalid al-Falih, hari sebelumnya, mengatakan perjanjian pembatasan produksi kemungkinan akan berlangsung hingga setidaknya Juni.

Baca juga: Harga emas melonjak 11,20 dolar AS tembus tingkat pskologis

Baca juga: Bursa Prancis ditutup menguat, saham Airbus melonjak

Baca juga: Bursa Inggris menguat, Indeks FTSE 100 berakhir naik 8,04 poin


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019