"Kalau estimasi kerugian sekitar Rp20 miliar, jadi anggaran yang dibutuhkan untuk perbaikan juga sekitar itu," kata Kepala BBWS Bengawan Solo Charisal Akdian Manu di Solo, Kamis.
Meski demikian, dikatakannya, untuk penanganan secara permanen tidak dilakukan dalam waktu dekat mengingat saat ini masih dilakukan upaya tanggap darurat.
"Minggu ini harapannya selesai untuk tanggap darurat dan tinggal pemulihan. Beberapa yang sudah dilakukan adalah pemasangan 'sandbag' (karung berisi pasir, red) untuk menahan tanggul yang jebol dan pengiriman alat berat," katanya.
Ia mengatakan untuk tanggul sungai yang jebol ini di antaranya terjadi di Karangasem dan Japanan. Penanganan sementara waktu bertujuan untuk mengamankan sawah supaya tidak berdampak negatif untuk ketahanan pangan.
Terkait dengan penanganan permanen, ia memprediksi akan selesai dilakukan sekitar Agustus-September 2019.
Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan Umum dan Program BBWS Bengawan Solo Dwi Agus Kuncoro mengatakan banjir yang terjadi di Klaten, salah satunya karena meluapnya air di Sungai Dengkeng.
"Kapasitas Kali Dengkeng ini berkurang karena pendangakalan yang terjadi akibat aliran air dari Wonosari membawa sedimen, di antaranya kapur dan lempung," katanyan
Ia mengatakan untuk upaya jangka pendek yang dilakukan BBWS salah satunya dengan normalisasi sungai di beberapa lokasi yang terjadi bencana. "Kami akan lebih mengoptimalkan ruang palung sungainya Kali Dengkeng karena tidak mungkin lagi membuat danau di situ," katanya.
Untuk perbaikan permanen, dikatakannya, BBWS akan tetap mengoptimalkan "sandbag" yang sudah tertanam agar tidak sia-sia. "'Sandbag ini tetap ada untuk mendukung penanganan permanen. Nantinya dibungkus dengan beton, selain lebih kuat juga efisien biaya," katanya.***1***
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019