Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengatakan masyarakat yang gemar membaca dapat menjadikan mereka berpengatahuan dan tahan terhadap kabar bohong atau hoaks.Harus ada upaya tegas dan langsung untuk membebaskan rakyat dari berita hoaks dan ujaran kebencian yang sudah berbau fitnah
"Jika masyarakatnya gemar membaca, maka akan menciptakan masyarakat yang berpengatahuan yang tidak mudah percaya dengan hoaks atau kabar bohong," ujar dia saat membuka Rapat Koordinasi Perpustakaan di Jakarta, Kamis.
Dia meminta masyarakat berhati-hati dengan "racun demokrasi", terutama berita-berita bohong.
Dalam kesempatan itu, Tjahjo juga meminta pemerintah daerah turut mengajak masyarakatnya berpartisipasi dalam Pemilu 17 April mendatang.
Ia mengatakan peranan penting perpustakaan dapat dilakukan melalui upaya mewujudkan ekosistem masyarakat yang berpengetahuan sehingga perpustakaan perlu mengusung rencana strategis penguatan literasi masyarakat.
Peranan perpustakaan dalam penguatan literasi masyarakat dilaksanakan melalui transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Secara inklusif adalah hak masyarakat untuk mendapatkan layanan perpustakaan, di manapun mereka berada dan pada kondisi apapun. Hal itu dijamin oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Koordinator Nasional Garda Matahari M. Azrul Tanjung mencanangkan gerakan jihad melawan fitnah dan ujaran kebencian yang bertendensi mengganggu kegembiraan berdemokrasi.
"Harus ada upaya tegas dan langsung untuk membebaskan rakyat dari berita hoaks dan ujaran kebencian yang sudah berbau fitnah," kata dia yang juga dosen UHAMKA itu.
Azrul juga meminta kader Garda Matahari untuk proaktif menangkal masifnya peredaran hoaks dan ujaran kebencian, baik langsung maupun tidak langsung ke masyarakat.
Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019