Ditargetkan 9.000 penderita TBC dientaskan

17 Maret 2019 14:40 WIB
Ditargetkan 9.000 penderita TBC dientaskan
Ikustrasi - Mahasiswa kedokteran mengamati hasil penelitian sputum atau dahak saat praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (21/2/2019). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengenali dan mendeteksi adanya bakteri Tuberculosis (TBC) yang merupakan penyakit menular serta menyebabkan kematian bagi masyarakat di Indonesia dengan cara pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) pada dahak. (ANTARA FOTO/Moch Asim/ama.)
Aparat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, Banten, menargetkan mengentaskan sebanyak 9.000 penderita tuberkulosis (TBC) baru sesuai program kerja selama tahun 2019.

"Kami melibatkan petugas rumah sakit dan Puskesmas," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmizi di Tangerang, Minggu.

Hendra menggandeng aparat desa maupun pihak berkepentingan lainnya untuk mengentaskan pengidap TBC tersebut.

Menurut dia, pada tahun 2018 berhasil mengobati sekitar 7.000 penderita TBC yang tersebar pada 29 kecamatan.

Dia mengatakan hal tersebut karena setiap satu penderita TBC dapat menularkan kepada 20 orang yang ada pada satu rumah.

Program tersebut adalah mengobati penyakit tersebut hingga sembuh ini membantu penderita karena tidak dipunggut biaya alias gratis.

TBC dapat disembuhkan dengan cara meminum obat berturut-turut selama enam bulan.

Hendra optimistis program tersebut berhasil dilaksanakan karena berdasarkan pengalaman dan kinerja aparat pada tahun sebelumnya.

Gejala TBC ada pada kuman mikro bakteri tuberculosis akan menularkan secara droplep (pertikel air kecil seperti hujan rintik) atau melalui kontak cairan lendir.

"Seperti bersin, batuk dan meludah, maka bakteri itu akan mudah kepada orang sekitar kita yang daya tahannya lemah," katanya.

Dia menambahkan penyakit tersebut akan bertahan dari batuk, sesak nafas, nyeri dada, berat badan berkurang hingga batuk darah hingga kematian.

Meski begitu, pihaknya relatif sedikit menerima laporan dari petugas tentang kematian tapi lain halnya bila penderita TBC tidak pernah minum obat.

Dia menyarankan kepada warga bila batuk lebih dari dua pekan maka sebaiknya berobat ke Puskesmas terdekat, ini merupakan salah satu gejala TBC.*


Baca juga: Kisah dari Borobudur gugah perang lawan TBC

Baca juga: Kemenkes prioritaskan kasus TBC di daerah padat penduduk





 

Pewarta: Adityawarman(TGR)
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019