"Dengan adanya upaya peningkatan ekspor komoditas ini, diharapkan harga lada, karet, sawit petani menjadi lebih layak," kata Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Toni Batubara di Pangkalpinang, Senin.
Menurut dia, selama ini harga lada, karet dan sawit yang diterima petani belum layak, sehingga mempengaruhi produksi dan kesejahteraan keluarga petani yang masih rendah di daerah ini.
"Pemprov melalui Dinas Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi dan ekspor ini, melalui bantuan bibit berkualitas, pembukaan lahan baru, pupuk, pelatihan sumber daya manusia petani dalam mengelola dan mengembangkan usaha pertaniannya," ujarnya.
Ia mengatakan ekspor komoditas perkebunan yang belum maksimal ini menjadikan harga lada, karet, sawit yang diterima petani masih rendah dan mereka betul-betul bekerja hanya sebagai pekerja.
"Selama ini yang menikmati hasil produk pertanian bukan petani, tetapi mereka bermain di pascapanen," katanya.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkalpinang Saifuddin Zuhri mengatakan total nilai ekspor hasil komoditas unggulan Provinsi Kepulauan Babel pada 2018 mencapai Rp771,8 miliar dengan rincian sawit dan turunannya terdiri dari bungkil, minyak cair dan minyak beku sawit mencapai Rp268,1 miliar.
"Ekspor sawit 2018 mengalami penurunan 28 persen jika dibandingkan dua tahun sebelumnya, karena pemberlakukan tarif bea masuk impor oleh negara tujuan yang bergabung dalam Uni Eropa," ujarnya
Sementara itu, volume ekspor karet ke China dan Pakistan sebanyak 19.316 ton, jumlah pengiriman 97 kali dengan nilai ekonomis sebesar Rp347,7 miliar.
"Ekspor biji lada putih pada 2018 ke Singapura, Jerman, Belanda, Perancis, India, Vietnam, Taiwan, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Pakistan, Amerika Serikat, Arab Saudi dan Oman sebanyak 2.601 ton dengan jumlah pengiriman 193 kali bernilai Rp156 miliar," katanya.
Pewarta: Aprionis
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019