Kamar dagang tersebut memperkirakan investasi turun 1,0 persen pada 2019. Investasi yang turun tersebut akan memicu kenaikan upah yang akan membebani perekonomian Inggris secara keseluruhan.
"Kelambanan politik telah memiliki konsekuensi ekonomi, dengan banyak perusahaan yang 'menginjak rem' pada keputusan investasi dan rekrutmen," kata Direktur Jenderal BCC, Adam Marshall, Senin.
Lebih buruk lagi, lanjut dia, beberapa perusahaan telah memindahkan investasi dan rencana pertumbuhan sebagai bagian dari persiapan darurat mereka. "Sebagian dari investasi ini mungkin tidak akan pernah kembali ke Inggris," ujarnya.
Banyak perusahaan keuangan telah mendirikan operasi di negara-negara Uni Eropa lainnya dan pembuat mobil telah mengurangi rencana ekspansi mereka di Inggris. BMW mengatakan bulan ini bisa memindahkan beberapa produksi jika Brexit tidak ada kesepakatan.
Menurut data resmi yang dikeluarkan, pada tahun 2018 investasi bisnis di Inggris turun pada setiap kuartal, jangka waktu terpanjang sejak krisis keuangan global.
Menteri Keuangan Philip Hammond mengharapkan peningkatan investasi perusahaan, begitu kesepakatan Brexit dilakukan.
Namun BCC mengatakan bahwa pengalihan sumber daya untuk mempersiapkan risiko Brexit tanpa kesepakatan dan biaya tinggi di depan dalam melakukan bisnis di Inggris, serta pertanyaan tentang hubungan masa depan Inggris dengan UE, akan membatasi investasi bangkit kembali.
BCC mengatakan investasi bisnis diperkirakan tumbuh 0,6 persen pada 2020 dan 1,1 persen pada 2021. Angka itu menurunkan perkiraan pertumbuhan keseluruhan untuk ekonomi Inggris menjadi 1,2 persen pada 2019 yang sejalan dengan perkiraan terbaru Bank Sentral Inggris, dari perkiraan sebelumnya 1,3 persen.
Hal itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam satu dekade, yang mencerminkan perlambatan ekonomi global serta Brexit.
BCC hanya melihat kenaikan yang lemah dengan pertumbuhan hingga 1,3 dan 1,4 persen pada tahun 2020 dan 2021. BBC berasumsi bahwa Inggris akan menghindari keluarnya dari Uni Eropa secara tidak teratur.
"Keluar berantakan dan tidak teratur dari Uni Eropa akan menimbulkan kerusakan yang nyata dan abadi pada prospek ekonomi Inggris," kata Marshall.
Perdana Menteri Theresa May berharap akan meminta anggota parlemen sekali lagi untuk mendukung rencana Brexit minggu ini setelah mereka menolaknya dua kali sebelumnya.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019