Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Jawa Tengah bagian selatan khususnya di daerah pesisir untuk mewaspadai potensi hujan lebat yang diprakirakan masih akan berlangsung hingga tanggal 19 Maret 2019.Selain badai tropis Savannah ada juga badai tropis Treyor
"Selain badai tropis Savannah yang muncul di Samudra Hindia barat daya Lampung, kondisi cuaca khususnya di wilayah Jateng selatan juga dipengaruhi oleh badai tropis Treyor yang muncul di Samudra Pasifik timur laut Australia serta pertemuan angin di laut Jawa," kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Senin.
Ia mengatakan kondisi tersebut memicu terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jawa bagian tengah, bahkan untuk daerah pesisir selatan Jateng diprakirakan bisa mencapai sangat lebat.
Berdasarkan pantauan citra satelit cuaca, kata dia, di atas wilayah Kabupaten Cilacap dan Banyumas pada hari Senin (18/3) terpantau adanya awan hujan.
Menurut dia, awan hujan tersebut muncul akibat adanya pengaruh global seperti badai tropis dan pertemuan angin.
"Awan yang muncul akibat pengaruh global seperti ini biasanya berdampak terhadap terjadinya hujan yang cenderung lama, bisa mencapai dua-tiga hari," katanya.
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat yang bermukim di daerah rawan banjir maupun longsor untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana tersebut.
Lebih lanjut, Teguh mengatakan pengaruh global tersebut juga berdampak terhadap kondisi cuaca di wilayah perairan selatan Jateng sehingga berpotensi terjadi gelombang tinggi.
"Kami telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku hingga tanggal 21 Maret 2019 karena tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Cilacap hingga Yogyakarta maupun Samudra Hindia selatan Jawa berpotensi mencapai kisaran 2,5-4 meter," katanya.
Ia mengimbau wisatawan yang berkunjung ke pantai untuk berhati-hati dan tidak berenang terutama di wilayah pantai yang terhubung langsung dengan laut lepas agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Selain itu, kata dia, semua pihak yang melakukan aktivitas di laut diimbau untuk memperhatikan risiko angin kencang dan gelombang tinggi terhadap keselamatan pelayaran, yakni nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil agar mewaspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter.
"Jika memungkinkan, nelayan diimbau untuk tidak melaut terlebih dahulu karena tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter sangat berbahaya bagi kapal berukuran kecil," katanya.
Ia mengimbau operator tongkang agar mewaspadai angin dengan kecepatan lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter, kapal feri mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter, serta kapal ukuran besar seperti kapal kargo diimbau mewaspadai kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.
Baca juga: BMKG sebut curah hujan sangat tinggi saat terjadi banjir bandang Sentani
Baca juga: 5.046 warga di DIY terdampak banjir dan longsor
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019