Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) sedang merancang pembentukan Pusat Pelayanan Difabel yang menyediakan pelayanan berupa pembelajaran bagi kaum difabel, pelatihan dan pemulihan, serta pemeliharaan dan perawatan.Tim RSUI yang terlibat dalam kegiatan tersebut di antaranya tim fisioterapi RSUI, tim dokter ortopedi, dokter rehab medik, dan syaraf, serta tim perawat
"Nantinya Tim RSUI yang terlibat dalam kegiatan tersebut di antaranya tim fisioterapi RSUI, tim dokter ortopedi, dokter rehab medik dan syaraf, serta tim perawat," kata Direktur Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Dr. dr. Julianto Witjaksono, Sp.OG(K) di Depok, Selasa.
Ia menjelaskan RSUI pelopor penerapan konsep pelayanan primer, sekunder, dan tersier dalam satu atap melalui integrasi kolaborasi "hospital care dan community care".
Konsep itu, katanya, sesuai dengan norma yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan.
Pelayanan kesehatan satu atap itu, kata dia, memudahkan pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhannya secara holistik dengan lebih cepat, baik, dan efisien.
Selain itu, RSUI diposisikan akan menjadi rumah sakit pusat nasional untuk penelitian kendali mutu dan kendali biaya dalam penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Sebelumnya, RSUI bekerja sama dengan DARE Foundation menyelenggarakan acara Equal Fun Run 2019, Minggu (15/3). Kegiatan itu berupa ajang lari ikhusus bagi para pengguna prostesis (kaki palsu) dan difabel lainnya, serta melibatkan peserta umum untuk berlari bersama.
Dengan berpartisipasi dalam Equal Fun Run itu, secara langsung berkontribusi memberikan 20 prostesis gratis kepada eks-penderita lepra yang hidup di bawah garis kemiskinan yang tinggal di Komplek Sitanala Tangerang, Banten.
Julianto mengatakan RSUI turut memberikan pelayanan bagi masyarakat, khususnya yang mengalami keterbatasan fisik (penyandang difabel). Melalui ajang lari itu diharapkan para peserta dapat saling berkolaborasi dan berinteraksi bersama dalam komunitas yang sehat.
Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan pusat pelayanan disabilitas untuk meningkatkan kualitas hidup kaum difabel.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019