"Hal lebih luas lagi yang perlu kita lakukan juga dengan sektor lain adalah melakukan 'review' (tinjauan) tata ruang termasuk mungkin mengkaji kembali kelayakan pemukiman sebagian kota Sentani ini," kata Putera dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan area terdampak banjir bandang merupakan flood plain atau dataran banjir sehingga ketika dijadikan pemukiman, maka ketika banjir melanda daerah itu akan terdampak hebat.
Jika tidak memungkinkan untuk merelokasi pemukiman, maka perlu penekanan pada adaptasi untuk meminimalkan kerugian akibat bencana seperti membangun drainase yang bagus.
Dia juga menyarankan perlu dilakukan pelebaran pada mulut sungai agar bisa menampung debit air yang lebih besar ketika curah hujan ekstrem.
Sebelumnya, Putera menuturkan mengatakan faktor utama penyebab banjir bandang yang melanda Sentani, Jayapura, Papua pada Sabtu (16/3) adalah fenomena alam akibat curah hujan ekstrem.
"Yang terdampak itu adalah beberapa kabupaten tapi utamanya Kabupaten Jayapura. Yang penting saya sampaikan adalah daerah yang terdampak ini memang kondisinya dari sononya dia adalah floodplain, jadi hamparan banjir, jadi air itu akan mengarah dari bukit-bukit sekitarnya apabila terjadi curah hujan tinggi. Ketika curah hujan tinggi di hulu maka kesitulah air itu mengarah," ujar Putera.
Dia menuturkan bencana banjir bandang di Sentani Papua disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi mulai pukul 19.00 sampai dengan 23.30 WIT.
Data menunjukkan bahwa debit air di wilayah Sentani pada malam tersebut melebihi kondisi normal mencapai 193,21 meter kubik per detik yang menyebabkan debit aliran tinggi. Sementara itu, mulut sungai terhitung kecil dengan kapasitas tampung yang rendah yaitu hanya 91,38 meter kubik per detik.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019