Ekspor tenun dan batik dibidik naik 10 persen

20 Maret 2019 14:55 WIB
Ekspor tenun dan batik dibidik naik 10 persen
Ilustrasi - Pekerja menyelesaikan proses pembuatan sarung tenun di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (6/3/2019). Sarung tenun yang dibuat menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) tersebut dijual dengan harga Rp.700 ribu sampai Rp.1 juta per potong. (ANTARA FOTO/SYAIFUL ARIF)

Kementerian Perindustrian membidik ekspor produk tenun dan batik naik 10 persen pada 2019 menjadi senilai 58,6 juta dolar AS dibanding pada 2018 yang tercatat  53,3 juta dolar AS.

“Kami ingin meningkat 10 persen. Tenun dan batik ini merupakan high fashion yang memiliki nilai tambah tinggi dan sangat unik,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan,  jenis tekstil adiwastra atau kain tradisional berupa batik dan tenun bukan sebagai komoditas, melainkan sebagai kain yang dapat dibentuk menjadi berbagai jenis mode.

Menperin juga mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) memanfaatkan bahan baku yang ada, sekaligus bahan baku baru. “Ada yang namanya bemberg itu pengganti bahan sutera, bisa dimanfaatkan karena hasilnya selembut sutera,” pungkas Airlangga.

Nilai ekspor komoditas tenun dan batik pada 2018 mencapai 53,3 juta dolar AS dengan negara tujuan ekspor adalah Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat.

“Industri tenun dan batik yang banyak ditekuni oleh industri kecil dan menengah (IKM) tersebar di sentra-sentra industri. Terdapat 369 sentra IKM tenun dan 101 sentra IKM batik yang tersebar di hampir seluruh wilayah Nusantara,” tambahnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019