• Beranda
  • Berita
  • Rudenim Pekanbaru mulai tertibkan penampungan pengungsi rawan konflik

Rudenim Pekanbaru mulai tertibkan penampungan pengungsi rawan konflik

20 Maret 2019 18:45 WIB
Rudenim Pekanbaru mulai tertibkan penampungan pengungsi rawan konflik
Petugas Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru memberikan pengarahan pada keluarga pengungsi asal Iran saat menempati rumah penampungan pengungsi yang baru di Orchid Homestay, Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (20/3/2019). Rudenim Pekanbaru mengawasi 1.146 deteni di Riau, mayoritas sudah berstatus pengungsi, dan kini ditempatkan di sembilan rumah penampungan di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru mulai menertibkan penampungan-penampungan pengungsi dan imigran yang rawan terjadi konflik di Provinsi Riau, dengan cara merelokasi dan menutup tempat yang terlalu padat penghuni.

“Terutama di (hotel) Satria 2 dan 3 harus ditutup karena sangat mengganggu. Ada gesekan di antara mereka yang dikhawatirkan ke masyarakat di sekitar sana agar jangan sampai melebar,” kata Kepala Rudenim Pekanbaru, Junior Sigalingging kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.

Ia menjelaskan sejumlah penampungan pengungsi yang rawan konflik di antaranya adalah di Rina Hotel karena berada di tengah pasar dan Hotel Satria di Jl. Cik Ditiro. Hotel Satria terbagi menjadi tiga penampungan di jalan yang sama, dan berada di tengah permukiman padat penduduk.

“Di Satria itu yang paling bermasalah karena jumlah orang dengan jumlah kamar tidak sebanding. Satu keluarga ada tiga anak, jadi sekamar berlima. Sangat tidak layak,” ujarnya.

Pada penampungan di Hotel Satria karena terlalu padat, rawan terjadi gesekan sesama pengungsi dan pernah terjadi berupa kasus penikaman. Junior Sigalingging mengatakan penutupan akomodasi di Hotel Satria merupakan rekomendasi dari rapat antara Rudenim, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Pekanbaru, dan IOM selaku organisasi untuk pengungsi sebagai perwakilan dari lembaga PBB.

Untuk pengungsi yang kerap bermasalah, Rudenim Pekanbaru mengusulkan agar mereka dipindahkan ke luar Riau, seperti ke penampungan pengungsi di Jakarta dan Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.

"Yang melakukan pelanggaran kita geser, termasuk empat orang yang sekarang di Rudenim. Kita ajukan ke IOM untuk fasilitasi, tinggal cari apakah ke Jakarta atau Tanjungpinang kalau ada tempat,” ujarnya.

 

Penampungan Baru

Untuk mengurangi kepadatan di penampungan, lanjutnya, pada Rabu ini Rudenim Pekanbaru merelokasi 47 orang pengungsi dari Rina Hotel dan Hotel Satria. Dengan difasilitasi oleh IOM, mereka ditempatkan di penampungan baru di Orchid Homestay.

“Rudenim memberikan perhatian khusus untuk (pengungsi) yang baik, nurut, kita prioritaskan daripada yang melanggar-melanggar aturan,” katanya.

Kapala Seksi Keamanan dan Ketertiban Rudenim Pekanbaru, Benget Steven, menambahkan ada 37 orang pengungsi yang dipindahkan dari Rina Hotel dan 10 orang lainnya dari Hotel Satria. Mereka mayoritas pengungsi Afghanistan, sedangkan sisanya dari Irak, Iran dan Palestina.

“Ini relokasi tahap pertama, diprioritaskan bagi yang punya masalah kesehatan, kelompok rentan seperti keluarga dengan anak di bawah umur, dan keluarga yang dipersiapkan untuk penempatan ke negara ketiga. Intinya penampungan ini untuk keluarga yang baik-baik,” kata Benget.

Lokasi Orchid Homestay memang masih berada di Kota Pekanbaru, namun bangunan itu cukup jauh dari permukiman penduduk, dekat masjid dan punya halaman yang lapang. Ia mengatakan pada penampungan itu disiapkan 68 kamar termasuk satu kamar cadangan apabila ada penambahan populasi dari pengungsi yang melahirkan.

Di masing-masing kamar sudah disiapkan satu tempat tidur, lemari, meja, kipas angin dan kamar mandi. Pengungsi dilarang memasukan barang elektronik seperti kulkas, dan tidak boleh memasak di dalam kamar.

“Kalau ada yang komplain, satu-dua orang itu biasa karena mereka mengharapkan terlalu banyak dari yang kita sediakan,” kata Benget.

 

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019