Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menyiapkan konsep baru untuk ruang publik bawah tanah yang terintegrasi dengan Balai Pemuda, alun-alun, serta area khusus untuk etalase produk usaha mikro kecil dan menengah khas Kota Pahlawan tersebut.Konsep ruang publik bawah tanah terintegrasi ini akan menjadi yang pertama di Surabaya. Sebelumnya kami belum pernah membangun yang seperti ini
"Konsep ruang publik bawah tanah terintegrasi ini akan menjadi yang pertama di Surabaya. Kami belum pernah membangun yang seperti ini," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, pengerjaan "basemen" atau ruang bawah tanah di Balai Pemuda saat ini telah selesai. Jika tak ada aral melintang, lanjut dia, pengembangan ruang bawah tanah akan dilanjutkan hingga tembus ke persil Jalan Pemuda nomor 17. Rencananya, obyek di persil tersebut akan diberi nama Alun-alun Surabaya.
Eri mengatakan keberadaan Alun-alun Surabaya sekaligus akan menambah ruang publik yang ada di Kota Pahlawan. Penambahan ruang publik bawah tanah ini selain tujuannya sebagai tempat rekreasi dan mempercantik estetika kota, ruang publik juga berfungsi sebagai tempat interaksi dan sarana menyalurkan kreasi warga Surabaya.
Eri Cahyadi mengatakan, sesuai arahan Wali Kota Surabaya, Alun-alun Surabaya akan dikonsep berbeda. Alun-alun tersebut akan dilengkapi dengan amphitheater dan tribun tempat duduk untuk pertunjukan seni.
Tak hanya itu, lanjut dia, di lahan seluas 8.570 meter persegi itu juga akan dibangun air mancur menari dan dome kaca yang futuristik, serta dilengkapi dengan patung Sawunggaling dan diorama sejarah tentang Kota Surabaya.
Eri menuturkan, Alun-alun Surabaya nantinya akan terhubung dengan Balai Pemuda melalui basemen atau lorong bawah tanah. Jika ditotal keseluruhan luas area Balai Pemuda, ruang bawah tanah dan Alun-alun Surabaya mencapai 1,46 hektare.
Fokus mengembangkan ruang publik tidak lantas membuat pemkot melupakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Oleh karenanya, pemkot sudah menyiapkan area khusus untuk etalase produk-produk UMKM asli Surabaya dengan tujuan agar UMKM Surabaya juga dapat merasakan manfaat pertumbuhan ekonomi di tengah ramainya pengunjung ruang publik di Surabaya.
Secara keseluruhan, Eri berharap kemajuan pembangunan di Surabaya dapat berjalan sinergi. Tidak hanya terlihat modern dengan makin banyaknya gedung pencakar langit, tetapi juga bertambahnya ruang publik yang membuktikan bahwa Pemkot Surabaya berkomitmen memberikan ruang interaksi bagi warganya.
"Melalui ruang publik, kami juga dapat membangun kualitas manusianya. Mereka bisa berinteraksi satu sama lain, menyalurkan bakat dan kreativitasnya, serta menjadi lebih sehat baik secara jasmani maupun rohani," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Bangunan dan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DKPCKTR) Surabaya Iman Kristian menambahkan, kompleks Balai Pemuda akan ditunjang dengan berbagai fasilitas, mulai dari lahan parkir seluas 6.050 meter persegi yang mampu menampung 120 mobil dan 125 sepeda motor, tangga, eskalator hingga lift khusus disabilitas.
"Sarana-sarana itu untuk menunjang pengembangan kawasan Balai Pemuda dan Alun-alun Surabaya," katanya.
Seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Surabaya, Sukma Rahayu mengaku senang Surabaya bakal punya ikon baru berupa alun-alun. Bagi para mahasiswa, tentu alun-alun tersebut bisa jadi alternatif tempat untuk menggali inspirasi saat mengerjakan tugas kuliah.
Hal sama juga diungkapkan salah seorang ibu rumah tangga di Surabaya, Eko Rini Nur Hariyati. Ia mengatakan ruang publik yang memberikan kesempatan bagi anak muda untuk berekspresi memang perlu ditambah.
"Jika anak mudanya menggunakan kreativitasnya untuk kegiatan positif, maka hal itu akan menghindarkan mereka dari kenakalan remaja," katanya.
Salah seorang konsultan bangunan di Surabaya, Roni Irawan mengatakan konsep Alun-alun Surabaya lebih modern dan berbeda dengan alun-alun di daerah lain. "Saya rasa ini memberikan nuansa baru bagi estetika kota di Indonesia. Di luar negeri sudah banyak konsep ruang publik yang modern. Tapi di Indonesia, saya rasa belum banyak," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019