Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Kamis mengatakan ekspor perdana ke Italia merupakan bukti bahwa beras organik Banyuwangi telah memiliki standar mutu dan kualitas internasional.
"Dengan beras organik, petani mempunyai nilai tambah dan dapat harga lebih baik dibanding beras biasa," ujar bupati.
Saat ini, menurut dia, pengembangan beras organik di Banyuwangi dilakukan di sembilan kecamatan dengan luas 81,49 hektare dan produksi 515,5 ton per tahun.
Tujuh kecamatan di antaranya, lanjut dia, telah mendapatkan sertifikat pertanian organik Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pada 2019 dua kecamatan masih dalam proses mendapat SNI pertanian organik.
"Lewat APBD, kami akan kembangkan tambahan sekitar 120 hektare lahan padi organik bersama petani, sehingga pertengahan tahun depan sudah ada 200 hektare lahan padi organik untuk memenuhi permintaan ekspor yang tinggi," ujarnya.
Ekspor perdana beras organik ke Italia ini berlangsung di Padepokan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Swadaya (P4S) Sirtanio, Kecamatan Singojuruh.
Petani padi organik di wilayah itu merupakan kluster binaan Bank Indonesia (BI) dan Pemkab Banyuwangi. Karena itu pelepasan ekspor beras organik dilakukan Bupati bersama Kepala Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Johansyah.
Kepala Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Ahmad Johansyah mengaku bangga dengan ekspor perdana beras organik ke Italia, dan hal ini merupakan prestasi petani Banyuwangi. Bank Indonesia mendukung pertanian organik di beberapa daerah, namun yang berhasil tembus ekspor baru Banyuwangi.
"Banyuwangi menjadi contoh bagi pertanian organik yang sukses, pasar Eropa itu susah ditembus, namun berkat kegigihan kelompok tani di sini, mereka bisa masuk pasar Eropa," kata Difi.
Beras organik yang diekspor itu merupakan produksi PT Sirtanio, perusahaan agribisnis Banyuwangi yang digerakkan anak-anak muda.
Beras organik yang diekspor, yakni beras merah varietas segobang A3, beras hitam melik A3 dan beras sunrise of Java. Varietas-varietas tersebut telah didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian di Kementerian Pertanian.
Sedangkan produksi beras organik PT Sirtanio bersama petani mitranya mencapai 30 ton per bulan dengan luasan lahan sekitar 70 hektare.
"Kami mengambil segmen terkecil, yaitu Italia. Kami kirim ke sana 2,8 ton per bulan, ada tim yang memantau pengelolaan lahan organik khusus ekspor, sembari terus kami tingkatkan lahan organik lainnya agar bisa standar ekspor," kata Ketua Kelompok Tani Mendo Sampurno, Samanhudi.
Menurut Samanhudi, permintaan luar negeri terhadap beras organik Banyuwangi sangat besar, dari China misalnya, sebesar 60 ton per bulan dan belum lagi dari Amerika Serikat.
"Kapasitas kami terbatas, jadi ini dipenuhi bertahap. Ke depan kami terus merangkul petani-petani lainnya," ujarnya.
Para petani, awalnya adalah kelompok yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan pertanian organik Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi.
Bersama-sama PT Sirtanio, mereka berkolaborasi menjadi badan usaha yang kini menaungi 200 petani organik lokal, dan produk petani juga dibeli berbagai perusahaan makanan "raksasa".
Untuk pengembangan pertanian organik, Pemkab Banyuwangi melakukan pelatihan agen hayati, pengembangan laboratorium mini agen hayati hingga fasilitasi sertifikasi nasional dan internasional organik.
Baca juga: Petani Banyuwangi upayakan sertifikasi internasional beras organik
Baca juga: Duta Besar Indonesia untuk Swedia jajaki produki ekspor Banyuwangi
Pewarta: Masuki M. Astro
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019