"Perlu waktu mungkin dua bulan dari April untuk bisa beroperasi," kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim di Jakarta, Kamis.
Nilai investasi pabrik HSM kedua itu mencapai 515 juta dolar AS dengan kapasitas produksi tahap awal sebesar 1,5 juta ton. Selanjutnya, akan disusul dengan pembangunan pabrik-pabrik "rolling mill" lainnya seperti dua "Cold Rolling Mill" dan penambahan kapasitas HSM 2.
Menurut Silmy, beroperasinya pabrik baru perseroan itu akan menambah kapasitas produksi baja nasional. Dengan demikian, Indonesia bisa memenuhi permintaan baja untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur yang tengah masif dilakukan.
Pengoperasian pabrik baru diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi baja hingga 5,4 juta ton per tahun.
"Saat ini produksi sekitar 5 juta ton per tahun. Tahun ini kami targetkan produksi mencapai 6 juta ton," katanya.
Pembangunan pabrik HSM 2 merupakan bagian dari klaster baja di Cilegon yang ditargetkan bisa memproduksi 10 jta ton baja pada 2025. Pembangunan klaster baja di Cilegon terdiri dari fasilitas produksi milik PT Krakatau Steel dan PT Krakatau Posco.
Untuk mencapai target 10 juta ton produksi baja, Silmy menuturkan pihaknya tengah mengatur waktu yang tepat untuk bisa melakukan investasi tambahan. Namun, ia meyakini target tersebut akan bisa dicapai sebelum 2025 jika mendapat dukungan regulasi dan pasar baja yang sehat.
"Kita sedang atur waktu yang tepat untuk investasi tambahan agar menjadi 10 juta ton (produksi)," katanya.
Baca juga: Pabrik baja Krakatau-Posco kurangi impor 30-40 persen
Baca juga: Krakatau Steel tingkatkan ekspor ke Malaysia dan Australia
Baca juga: Pembangunan klaster baja Cilegon diyakini bisa rampung lebih cepat
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019