Banjir yang melanda Sentani membuat air Danau Sentani meluap,selain merendam permukiman penduduk, juga menenggelamkan tinggalan megalitik berupa papan batu di Situs Tanjung Warakho, Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua.Tinggalan megalitik lainnya yang tenggelam berupa batu marweri di Kampung Kwadeware,
Demikian disampaikan Peneliti dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto kepada ANTARA di Jayapura, Kamis. Menurut dia, Banjir yang melanda Sentani membuat air Danau Sentani meluap.
Selain merendam permukiman penduduk, kata Hari, ternyata luapan air ini juga menenggelamkan tinggalan megalitik berupa papan batu di Situs Tanjung Warakho, Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.
"Tinggalan megalitik lainnya yang tenggelam berupa batu marweri di Kampung Kwadeware," kata Hari.
Menurut Hari, genangan air yang menenggelamkan tinggalan-tinggalan arkeologi ini dikhawatirkan akan merusak artefak tersebut.
Untuk saat ini, menurut dia, tidak dimungkinkan untuk menyelamatkannya karena posisinya yang ada di dalam air. Sehingga menunggu banjir sentani selesai dan air danau surut
"Tinggalan-tinggalan arkeologi ini perlu dibersihkan dari lumpur dan tanah yang menutupinya," katanya.
Lanjut dia, yang paling dikhawatirkan adalah tinggalan-tinggalan megalitik ini berubah posisi atau bahkan hilang terbawa oleh arus danau.
"Saat ini belum banyak yang bisa dilakukan untuk mengecek keberadaan tinggalan-tinggalan megalitik tersebut atau bahkan untuk menyelamatkannya," katanya.
Ia menambahkan, hal ini disebabkan oleh sarana yang terbatas dan kondisi danau serta cuaca yang tidak mendukung.
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019