"Tanggal dan rencana keberangkatan masih kami susun," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang di Beijing, Kamis (21/3).
Menurut dia, rencana tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan ekonomi dan sosial di daerah otonomi paling barat daratan Tiongkok itu.
Selain itu, kegiatan tersebut untuk memfasilitasi pertukaran pandangan dan kerja sama antara China dan negara-negara anggota EU.
"Kami berharap kunjungan itu nanti akan memberikan pengalaman langsung kepada para diplomat Eropa tentang bagaimana orang-orang dari berbagai kelompok etnis di Xinjiang bekerja dan hidup bersama dalam suasana aman dan makmur," katanya.
Xinjiang yang mayoritas penduduknya dari kalangan etnis minoritas Uighur menjadi sorotan berbagai negara. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Barat menuding China, yang diperintah Partai Komunis, telah melakukan penindasan terhadap etnis Uighur dengan menempatkannya di kamp-kamp pelatihan.
Namun, Beijing membantah tudingan tersebut dengan mengatakan bahwa kamp pelatihan itu merupakan bagian dari program peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi penduduk Xinjiang yang masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan
Xinjiang mengalami serangkaian tindak kekerasan horisontal selama 23 tahun dalam kurun 1992-2015, yang banyak menimbulkan jatuhnya korban jiwa.
Pada akhir 2018, beberapa duta besar dan diplomat dari Asia dan Timur Tengah mengunjungi Xinjiang, diikuti oleh perwakilan lima kantor berita asing, termasuk Antara, sepekan kemudian.
Selanjutnya, beberapa media dari Asia, Eropa, dan Timur Tengah juga secara bergelombang mengunjungi daerah setingkat provinsi di daratan Tiongkok itu, yang berbatasan langsung dengan Mongolia, Rusia, Kazakhstan, Kirghizstan, Uzbekistan, Tajikistan, Afghanistan, dan Pakistan.
Baca juga: Peneliti: Perusahaan pengawasan China lacak jutaan orang di Xinjiang
Baca juga: Menyibak gelap lorong Kamp Vokasi Uighur Xinjiang (bagian 1)
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019