Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan (Sumsel) memperkirakan terjadi kemarau panjang pada 2019 sehingga rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).Bahkan puncak kemarau di Sumsel hujan tidak terjadi dalam jangka satu bulan sehingga harus diantisipasi,
Musim kemarau tahun ini diprediksi bakal lebih lama dari tahun sebelumnya sehingga pencegahan supaya tidak terjadi karhutla harus diutamakan, kata Kepala BPBD Sumsel, Iriansyah di Palembang, Jumat.
Bahkan puncak kemarau di Sumsel hujan tidak terjadi dalam jangka satu bulan sehingga harus diantisipasi.
Sehubungan itu pihaknya memaksimalkan pencegahan supaya tidak terjadi kabut asap akibat karhutla.
Apalagi Sumsel banyak terdapat lahan gambut dan bila terbakar sulit untuk dipadamkan, tambah dia.
Memang, lanjut dia pihaknya telah memetakan daerah-daerah rawan kebakaran terutama yang memiliki lahan gambut.
Daerah yang lahannya rawan terbakar itu seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin dan Muaraenim.
Kelima daerah tersebut rawan terbakar karena banyak terdapat lahan gambut sehingga saat kemarau harus diantisipasi, ujar dia.
Meskipun daerah tersebut masuk wilayah yang diwaspadai terjadi karhutla, namun bukan berarti pihaknya tidak memperhatikan kabupaten lainnya.
Semuanya jadi pengawasan tetapi ada yang skala prioritas, lanjut dia.
Begitu juga daerah dengan lahan mineral juga diprediksi bakal mudah terbakar jika kondisi tanah dalam keadaan kering pada saat kemarau tiba.
Dia mengatakan, daerah lain juga memiliki potensi terbakar seperti kota, Prabumulih dan Musi Rawas, Penungkal Abab Lematang Ilir. Karena saat kemarau, lahan mineral pun akan cepat panas.
Oleh karena itu pencegahan sangat perlu dimaksimalkan memasuki musim kemarau mendatang supaya Sumsel tidak terjadi kabut asap seperti pada 2015, tambah dia.
Pewarta: Ujang Idrus
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019