"Asosiasi ini akan mewadahi berbagai kepentingan terkait sistem pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing)," kata Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya, Sabtu.
Organisasi tersebut juga akan mewadahi para guru BIPA di 12 perguruan tinggi yang tersebar di berbagai daerah di daratan Tiongkok.
Pembentukan tersebut dilakukan setelah Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) mengenai Revitalisasi Pengembangan Program Studi Bahasa Indonesia di RRC yang digelar di Beijing mulai Kamis (21/3).
Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Emi Emilia.
"Dengan adanya wadah ini, nanti kita bisa menyelenggarakan FGD secara rutin," kata perempuan yang mengaku bersyukur dengan wadah baru di China itu.
Meskipun pemilihan ketua yang dilakukan secara terbuka bukanlah hal yang lazim dilakukan di China, para dosen Bahasa Indonesia yang kebanyakan warga setempat sudah familiar dengan iklim demokrasi di Indonesia.
Para dosen tersebut rata-rata telah mengenyam pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, baik strata 2 maupun strata 3, di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
Oleh sebab itu, mereka tidak alergi dengan metode pemilihan yang dipandu secara langsung oleh Atdik dan disaksikan Kepala PPSDK serta jajaran diplomat dari beberapa kantor perwakilan RI di Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Hong Kong.
Awalnya Atdik meminta tiga perwakilan dosen Bahasa Indonesia dari Beijing, Shanghai, dan Guangzhou berdiri dan memperkenalkan diri serta menyatakan kesediaannya yang mirip dengan kampanye.
Dari dua putaran pilihan terbuka, perwakilan dari Beijing terpilih sebagai ketua APBIPA, sedangkan perwakilan Guangzhou dan Shanghai, masing-masing sebagai sekretaris dan bendahara. ***3***(T.M038)
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019