Mengatasi bau badan

26 Maret 2019 14:43 WIB
Mengatasi bau badan
Ilustrasi (Reuters)
Bau badan penting di dalam kehidupan manusia untuk mengungkapkan gen, metabolisme, kebiasaan, produksi hormon, dan penyakit tertentu.

Selama berabad-abad, bau badan (bad odours) dipercaya menyertai berbagai penyakit. Malaria, contohnya, berarti "udara buruk", dari istilah Italia "mala" dan "aria".

Di Abad Pertengahan dan mungkin juga sebelum itu, berbagai penyakit diatasi dengan aroma harum. Sebagai teknik terapi epidemik, para dokter di masa lalu merekomendasikan pinus, cemara, dan kayu wangi lainnya untuk dibakar di jalanan.

Untuk mengenali kerentanan mereka saat memeriksa pasien, dokter memegang pomum ambre (apel) atau pomander, lalu mendekatkan ke hidung, upaya protektif dari infeksi. Di abad kesembilan belas, hakim Inggris melindungi dirinya dari tifus dengan membawa herbal nosegays yang berbau harum saat mengunjungi penjara.

Pada tahun 1996, Bang dkk berhasil mengobservasi perubahan histologis (jaringan) dari kelenjar apokrin yang berkontribusi terhadap bau badan.

Montagna (1956) menyatakan bahwa Krause (1844) merupakan orang yang pertama kali meneliti kelenjar keringat di ketiak. Rothman (1954) mengemukakan bahwa kelenjar ketiak pertama kali dideskripsikan oleh Horner pada tahun 1846. Kelenjar apoekrin merupakan tipe kelenjar keringat ketiga pada ketiak orang dewasa yang pertama kali dilaporkan oleh Sato dkk pada tahun 1987.

Bau badan adalah suatu kondisi menahun, di mana keluar keringat dari kulit yang berlebihan dan berbau tidak menyenangkan. Di dunia kedokteran, bau badan disebut dengan istilah bromhidrosis, bromidrosis, axillary osmidrosis, malodour, body odor.

Secara biokimiawi, bau badan tersusun dari E-3-methyl-2-hexenoic acid (E-3M2H), yang dibebaskan dari sekresi non-odorous apocrine oleh mikrorganisme di ketiak.

Bau badan dihasilkan oleh proses pembusukan (decomposition) bakteri di ketiak (misalnya: Corynebacterium species), dari sekresi apokrin, yang menghasilkan ammonia dan berbagai asam lemak rantai pendek, seperti: (E)-3-methyl-2-hexanoic acid (E-3M2H).

Bakteri ini juga memproduksi bau khas ketiak dengan mengubah nonodoriferous precursors di keringat menjadi odoriferous volatile acids, misalnya: E-3M2H dan (RS)-3-hydroxy-3-methlyhexanoic acid (HMHA). Enzim aminoacylase ini juga membebaskan odoriferous acids lainnya dari konjugat glutamin di keringat.

Bau badan lebih banyak ditemukan di negara-negara di Asia daripada di Amerika Serikat. Lebih sering pria daripada wanita, diduga karena lebih aktifnya kelenjar apokrin pada pria. Sebagaimana diketahui, kelenjar apokrin di ketiak manusia merupakan sumber utama sinyal bau dan feromon, di mana belum berfungsi hingga masa pubertas.

Menurut Beier dkk (2005), reseptor androgen berlokasi di inti epitel sekretori apokrin, sedangkan receptor-beta estrogen terdapat di inti epitel sekretori apokrin dan di sitoplasma. Kelenjar apokrin kekurangan reseptor-alfa estrogen.

Tinjauan Anatomis

Kelenjar keringat manusia ada tiga macam: kelenjar ekrin, apokrin, dan apoekrin. Penderita bau badan memiliki kelenjar apokrin yang lebih banyak dan besar dibandingkan orang sehat. Pemakaian antibiotik yang tidak tepat bisa membuat tubuh kebal (resisten) terhadap bakteri.

Salah satu ciri khas penderita gagal hati (fetor hepaticus) adalah nafas dan kencingnya berbau telur busuk, sedangkan pada penderita gagal ginjal terkadang berbau seperti kencing (urinelike odor). Perlu diketahui, kedua kondisi ini tidak termasuk bau badan.

Keringat diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar ekrin. Kelenjar ekrin berkembang sejak manusia lahir, dengan stimulasi kolinergik lebih mendominasi daripada adrenergik. Aktivasi kelenjar ekrin dipengaruhi oleh sistem saraf simpatik.

Kelenjar yang berukuran 0,05 hingga 1 mm ini memiliki kanalikuli interseluler dengan ujung saluran yang terbuka (ductal opening) di permukaan kulit. Saluran (duktus) kelenjar ekrin bersifat panjang dan tipis, terbuat dari coiled di bagian proksimal, lurus atau berliku di bagian distal.

Tipe selubung sel kelenjar ekrin merupakan sel-sel gelap dan jernih (clear and dark cells) dengan myoepithelial lining. Rerata sekresi volume keringat bersifat terus-menerus tinggi (continuous-high output). Produksi kelenjar ekrin bersifat cairan berair (watery fluid).

Adapun kelenjar apokrin berkembang sejak lahir dan aktif hingga remaja, dengan stimulasi kolinergik sama dominannya dengan adrenergik. Aktivasi kelenjar apokrin dipengaruhi oleh asetilkolin. Kelenjar yang berukuran 2-3 mm ini saluran (duktus) yang amat pendek namun tebal dan tidak memiliki kanalikuli interseluler.

Tipe selubung sel kelenjar apokrin merupakan sel epitel kolumnar, kuboid, atau datar dengan myoepithelial lining. Rerata sekresi volume keringat bersifat sementara dan berselang. Produksi kelenjar apokrin bersifat cairan keruh dan kaya protein (turbid fluid-protein rich).

Secara kasat mata, agak sulit memang membedakan susunan anatomis dan histologis, tugas, atau fungsi baik kelenjar ekrin maupun apokrin, meskipun masing-masing kelenjar telah memiliki karakteristiknya tersendiri. Adapun karakteristik fungsional dan morfologis kelenjar apoekrin mirip kelenjar ekrin. Bedanya, ukuran kelenjar apoekrin 0,7 hingga 2,5 mm.

Penyebab

Bau badan dapat disebabkan karena meningkatnya produksi kelenjar apokrin dan ekrin yang menjadi berbau tak sedap karena gangguan bakteri. Leyden, dkk (1981) berhasil menemukan sejumlah mikroorganisme yang menetap di ketiak, seperti Micrococcaceae, Aerobic diphtheroids, dan Propionibacteria, hanya mikroorganisme difteroid (terutama Corynebacterium species) yang menyebabkan bau badan tipikal.

Kebersihan kulit yang kurang dan kondisi medis juga berkontribusi terhadap bau badan. Berbagai penyakit/gangguan medis yang berhubungan erat dengan pesatnya perkembangan bakteri, sehingga menimbulkan bau badan, misalnya obesitas, diabetes melitus, dan penyakit kulit seperti: intertrigo (iritasi kulit), erythrasma (infeksi bakteri di kulit yang menahun), trichomycosis axillaris (penyakit pada rambut ketiak, disebabkan oleh Corynebacterium sp.).

Terdapatnya benda asing di hidung (nasal foreign body) pada anak-anak, juga gangguan metabolisme asam amino, misalnya: phenylketonuria, trimethylaminuria (sindrom bau ikan), isovaleric academia, dan hypermethioninemia, dapat menyebabkan bau badan, meskipun jarang. Konsumsi makanan/bumbu tertentu (bawang putih, bawang merah, bumbu kari), alkohol, obat (penisilin, bromide), dan toksin juga menyebabkan bau badan.

Pada bau badan, diduga terdapat pengaruh genetik dengan pola pewarisan autosomal dominant. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan anggota keluarga yang juga menderita bromidrosis (bau badan) pada sebagian besar penderita.

Bau paling sering berasal dari ketiak, dapat juga di daerah kelamin atau di telapak kaki. Bau dapat dideskripsikan seperti ini; berbau menusuk atau tajam (pungent), tengik atau anyir (rancid), apek atau pengap (musty), kecut atau seperti cuka (sour).

Saat pemeriksaan pada anak-anak, dokter terutama akan memeriksa hidung, kulit, dan ketiak penderita. Sedangkan pada orang dewasa, dokter akan memeriksa kulit dan ketiak penderita. Dalam hal ini tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium.

Tatalaksana

Diutamakan dengan modifikasi perilaku, seperti menjaga kebersihan ketiak, menjaga ketiak tetap kering, mencukur rambut ketiak, segera berganti baju jika berkeringat, dan menggunakan topical deodorant.

Jika belum berhasil, gunakanlah antiperspiran (yang mengandung garam aluminium) untuk menghambat produksi keringat atau obat antibiotik topikal, seperti clindamycin, erythromycin, dan sabun antiseptik untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Jika belum sembuh, segeralah berkonsultasi ke dokter. Dokter akan mempertimbangkan penggunaan laser (Q-switched Nd:YAG), botulinum toxin A, atau operasi. Jika memungkinkan dan fasilitas tersedia, dapat dilakukan teknik superficial liposuction curettage atau bedah minor dengan suction-assisted cartilage shaver (untuk pasien rawat jalan) atau upper thoracic sympathectomy (untuk pasien rawat inap). Teknik operasi lainnya dengan ultrasonic surgical aspirator untuk "membuang" kelenjar keringat apokrin di ketiak.

Hingga kini, terapi non-invasif untuk bau badan adalah dengan menggunakan laser, tepatnya disebut: frequency-doubled Q-switched Nd:YAG laser. Berkonsultasilah dengan dokter Anda sebelum menggunakan laser ini.

Pencegahan

Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah antara lain mandilah secara teratur, pakailah pakaian yang telah dicuci bersih dan benar-benar kering. Rajinlah berganti dan mencuci pakaian.
Cucilah dan keringkanlah kedua kaki secara teratur, dan kenakanlah sandal terbuka atau jika memungkinkan, "bertelanjang kaki" lebih sering. Jika memakai sepatu tertutup, gunakanlah kaus kaki yang terbuat dari katun.

Hindari memakai celana panjang (seperti jeans) terlalu sering. Berpantang makan bawang putih, bawang merah. Hindari bumbu kari, makanan yang pedas, dan semua makanan/minuman yang mengandung alkohol. Gunakan larutan antibakteri, yaitu: chlorhexidine, untuk mencuci ketiak dan kaki. Atau anhydrol forte untuk menghambat kelenjar keringat, dapat dipakai malam hari, beberapa kali dalam seminggu.

*) Penulis adalah dosen tetap Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar, Ketua LP3I ADPERTISI, Director Networking IMA Chapter Makassar, alumnus S-2 IKD Biomedis FK UGM Yogyakarta, dokter literasi digital, pegiat literasi di FLP Makassar Sulsel, serta penulis puluhan buku.

Baca juga: Studi: ada hubungan antara berat badan dan kemampuan mencium

Baca juga: Peta jalan bagaimana bakteri ciptakan bau badan

 

Pewarta: dr Dito Anurogo MSc *)
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019