• Beranda
  • Berita
  • Monolog musikal Srintil, Tri Utami perankan tujuh karakter

Monolog musikal Srintil, Tri Utami perankan tujuh karakter

26 Maret 2019 22:17 WIB
Monolog musikal Srintil, Tri Utami perankan tujuh karakter
Trie Utami beraksi dalam media preview pentas Monolog Musikal Srintil: Tembang Duka Seorang Ronggeng" di Jakarta, Selasa (26/3/2019). (Subagyo)
Novel trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari akan dipentaskan dalam bentuk monolog musikal pada 27-28 April 2019 di teater Salihara dan artis Trie Utami didapuk sebagai pemain utama.

Dalam pentas monolog musikal bertajuk "Srintil: Tembang Duka Seorang Ronggeng" yang mengangkat kehidupan seorang penari ronggeng di Banyumas, Jawa Tengah tersebut Trie Utami akan memerankan tujuh karakter sekaligus.

Tujuh karakter tersebut yakni tokoh utama Srintil kecil, remaja dan tua, kemudian bapaknya srintil (Santayib), emaknya Srintil, kakeknya Srintil, dan pacarnya Srintil (Rasus).

"Saya harus perankan sedikitnya tujuh karakter. Sensasinya bagimana saya diajari untuk perankan banyak karakter, seperti apa karakter itu harus dibangun, itu menarik banget," kata Trie Utami usai media preview Monolog Musikal Srintil di Galeri Indonesia Kaya Jakarta, Selasa.

Menurut adik musisi Purwacaraka itu, meskipun dunia peran dan pentas bukan hal baru baginya namun monolog Srintil yang diproduseri Dian HP tersebut merupakan yang pertama baginya.

"Saya dipertemukan dengan orang-orang berkompeten di bidangnya, terutama penyutradaraan. Yang saya minta kesabaran pelatih, karena basic saya bukan teater," ujarnya.

Selain Tri Utami sebagai pemeran utama, monolog Srintil tersebut akan melibatkan Iswadi Pratama sebagai sutradara, Eko Supriyanto (penata tari), Ava Victoria (penata musik) dan Sitok Srengenge (penulis naskah).

Tak hanya menuturkan cerita dalam bentuk narasi serta nyanyian, dalam monolog tersebut Tri Utami juga akan menari seperti ronggeng.

"Ronggeng saat ini dianggap sudah tidak ada, tapi kalau kita masuk ke titik-titik di lapangan masih akan didapati, meskipun berkembang jadi lengger, ledhek dan sebagainya," katanya.

Berbeda dengan novelnya, Monolog Srintil: Tembang Duka Seorang Ronggeng, menurut Trie Utami tidak bercerita secara utuh tentang ronggeng Dukuh Paruk namun memotret Srintil sebagai seorang perempuan yang tidak bisa lepas dari garis hidupnya.

"Secara psikologi, saya lihat kompleksitas perempuan, naskah ini sebenarnya ingin menceritakan dari sisi seorang ronggeng ada yang harus dilihat juga oleh semua orang, ada konflik (batin perempuan)," katanya.
Trie Utami beraksi dalam pentas Monolog Musikal Srintil: Tembang Duka Seorang Ronggeng" di Jakarta, Selasa (26/3/2019). (Subagyo)


Sutradara Iswadi Pratama menyatakan, monolog Srintil ingin menyuarakan kepada masyarakat bahwa seorang penari ronggeng itu harus dihormati, dihargai marwahnya, martabatnya.

"Sudah cukup stigma negatif (pada ronggeng) itu tak perlu diperbarui terus menerus. Ekspresi-ekspresi seni yang diwujud masyarakat kita harus diberi ruang dan kita hormati sesuai tempatnya," ujarnya.

Pemilihan monolog sebagai karya pentasnya kali ini, Iswadi menyatakan melalui monolog ruang sunyi, ruang batin Srintil sebagai penari ronggeng akan bisa diselami, kesendiriannya bisa lebih mengemuka.

Sedangkan terkait pemilihan Tri Utami untuk menjadi pemeran utama dalam monolog itu, menurut dia, Tri Utami bukan sekedar sosok selebritis namun merupakan seniman multi talenta, yang bisa menyanyi, menari, akting dan teater.
 

Pewarta: Subagyo
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019