Karya musik “Awang Menunggang Gelombang” membawa imajinasi penonton ikut dalam ekspedisi mengelilingi dunia Ferdinand Magelhaes pada 1519-1521 dan peran Panglima Awang, sang juru navigator dan penerjemah yang juga dikenal dengan nama Enrique. Karya ini untuk pertama kalinya ditampilkan di Academia Almadense, Almada, Portugal pada akhir pekan lalu.
Riau Rhythm merupakan kelompok musik dari Kota Pekanbaru, Riau, yang memadukan unsur musik folklore tradisi Melayu dengan alat musik barat, demikian Pensosbud KBRI Lisabon, Andre Nurvily kepada Antara London, Selasa.
Riau Cultural Mission 2019 didukung Pemerintah Daerah Riau dan KBRI di Lisabon bertujuan mempromosikan diplomasi budaya Indonesia ke Portugal yang diisi dengan dialog budaya Melayu dengan tema “Menjelajahi Ingatan: Jejak-jejak Portugis di Nusantara” serta konser musik.
Dialog menghadirkan pembicara dari pakar filologi, Dr. Gijs L. Koster, ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau, Datuk Seri Al Azhar, dan peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau, Sita Rohana. Dialog tersebut secara garis besar memaparkan tentang kehadiran Portugis di Nusantara, mengulas ingatan kolektif Melayu-Portugis, serta menjadi pengantar pertunjukan musik karya komposer Rino Deza Pati.
“Jang Si Bono–Pencalang” menjadi repertoire pertama yang disuguhkan untuk membuka konser Riau Rhythm. Karya yang menceritakan tentang fenomena arus pasang pada saat bulan purnama, yang bagi masyarakat Riau di sebut Bono, membuat penonton tidak ingin beranjak dari kursinya. “Ini pertama kalinya saya menyaksikan pertunjukan musik Melayu yang membuat saya tak ingin beranjak karena penasaran dengan repertoire berikutnya,” ujar Tania Mendes, musisi yang juga menjadi anggota kelompok gamelan Yogistragong di Lisabon.
Malam itu juga ditampilkan repertoire karya musik dari Album Svarnadvipa, yaitu Puti Indira Dunia, Svara Jiva, Pantun Atui, Lukah Gila, The Sound of Svarnadvipa, dan ditutup dengan Dentang Denting Dentum. Riau Rhythm juga memainkan musik folklore Portugis Ó malhão- malhão yang membuat semua penonton bertepuk tangan karena dimainkan dengan alat musik Gambus Selodang, khas Melayu Riau.
Direktur Academia Almadense, Vitor Pinto Claro, menyampaikan konser musik ini merupakan kegiatan ketiga bertema Indonesia yang dilaksanakan di akademi yang dipimpinnya, setelah tahun sebelumnya menampilkan pertunjukan musik gamelan.
Dubes Indonesia di Portugal, Ibnu Wahyutomo menyampaikan penghargaan dan berterima kasih kepada pihak Academia Almadense yang telah mendukung pertunjukan kebudayaan ini. “Kami menyambut baik inisiasi yang dilakukan Riau Rhythm dan tim dialog budaya karena dapat mempererat hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Portugal, khususnya pengaruh Portugis terhadap perkembangan musik dan kebudayaan Melayu. Di akhir pertunjukan, Dubes juga memberikan handbouque kepada pembicara dialog dan perwakilan Riau Rhythm.
Selain menggelar konser musik, grup Riau Rhythm juga menggelar workshop di Escola Superior de Música de Lisboa . Para penonton yang terdiri dari staf pengajar dan mahasiswa musik menyampaikan apresiasi kepada Riau Rhythm. “Karya yang ditampilkan luar biasa, dapat menggabungkan unsur musik tradisional dengan alat musik barat, dan itu tidak mudah untuk saya lakukan”, ujar pengajar gitar klasik, António J. Gonçalves.
Selain didukung Gubernur Provinsi Riau, Drs. H. Syamsuar, kegiatan ini juga didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bank Riau Kepri, serta APRIL Group. KBRI Lisabon berharap kegiatan ini dapat meningkatkan hubungan diplomasi budaya Indonesia ke Portugal, khususnya dalam menyongsong perhelatan akbar peringatan 500 tahun perjalanan mengelilingi dunia Ferdinand Magelhães yang akan dilaksanakan 2021 mendatang.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019