Ketua Komnas Perempuan Asriana di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Rabu, mengatakan dari pemantauan ke beberapa tempat dapat disimpulkan bahwa perempuan dan anak Nduga juga rentan mendapat perlakukan kekerasan.
"Kondisi pengungsian dalam waktu cepat atau lambat memang akan mengakibatkan kekerasan terhadap perempuan itu rentan terjadi, selain mengungsi itu tentu ada satu kekerasan yang membuat mereka keluar. Konteks itu yang kita lihat dari masyarakat Nduga," katanya.
Ia mengatakan kunjungan Komnas Perempuan ke Jayawijaya adalah untuk memastikan masyarakat sipil yang di dalamnya termasuk perempuan dan anak, terlindungi dari konflik bersenjata di Nduga.
Informasi yang diperoleh dari relawan pengungsian Nduga menyebutkan bahwa akibat konflik bersenjata, beberapa perempuan tidak mendapatkan haknya dengan baik.
"Misalnya perempuan yang harus melahirkan dalam perjalan pengungsian dan juga soal akses layanan kesehatan, dan saat ini juga berbagai keterbatasan yang dialami perempuan dan anak di tempat pengungsian," katanya.
Hak-hak pengungsi lainnya yang dilihat oleh tim adalah terkait makan dan minum selama berada di pengungsian.
"Pemerintah Jayawijaya siap berikan dukungan kesehatan bagi pengungsi jika Pemerintah Nduga meminta, sementara untuk makan minum sudah ada rastra, tetapi untuk lauk pauk, disebutkan bahwa pemerintah Nduga sedang menyiapkan kebutuhan untuk biaya hidup dengan APBD mereka," katanya.
Setelah mengunjungi pengungsi Nduga, tim akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan kabupaten untuk memberikan pelayanan sesuai hak-hak perempuan dan anak.
"Salah satu yang akan kami sampaikan ke Pemerintah Pusat adalah bagaimana membangun mekanisme koordinasi dengan pemerintah daerah dan relawan dalam penanganan pengungsi," katanya.
Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019