"Berdasarkan laporan aktivitas gunung api yang kami terima pada 28 Maret 2019 pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB, secara visual terpantau hujan abu di sekitar PPGA Bromo dan tercium bau belerang ringan di sekitar PPGA Bromo yang berada di desa Ngadisari, kecamatan Sukapura, kabupaten Probolinggo," katanya saat dihubungi dari Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Menurutnya, gunung Bromo terlihat jelas hingga kabut, kemudian asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih, kelabu, dan coklat dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal yang tingginya berkisar 300-800 meter di atas puncak kawah, serta terjadi gempa vulkanik dalam sebanyak tiga kali.
"Pada pukul 06.00 WIB - 12.00 WIB, secara visual gunung terlihat jelas hingga kabut. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih, kelabu, dan coklat dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal yang tingginya berkisar 50-700 meter di atas puncak kawah," katanya.
Hendra mengatakan, status gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut itu pada level II atau waspada, sehingga masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif gunung Bromo.
Sementara itu, Wakil Bupati Probolinggo, Timbul Prihanjoko bersama tokoh adat Tengger Supoyo dan Kepala Pelaksana BPBD kabupaten Probolinggo, Anggit Hermanuadi juga sudah melakukan peninjauan kesiapsiagaan daerah terdampak siklus lima tahunan erupsi gunung Bromo tersebut yakni di desa Ngadirejo, kecamatan Sukapura.
"Kami telah menyerap informasi dan keluhan masyarakat yang terdampak abu vulkanik gunung Bromo dan mudah-mudahan kebutuhan utama masyarakat seperti terpal dan persiapan bantuan air bersih bisa tersedia, apabila dibutuhkan sewaktu-waktu oleh warga," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat sekitar gunung Bromo tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi gunung Bromo karena Pemkab Probolinggo bersama BPBD dan instansi terkait melakukan langkah-langkah antisipasi agar kondisi tetap aman bagi masyarakat.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019