• Beranda
  • Berita
  • KSM di Sleman harapkan pemerintah bantu pemasaran produk daur ulang

KSM di Sleman harapkan pemerintah bantu pemasaran produk daur ulang

28 Maret 2019 15:17 WIB
KSM di Sleman harapkan pemerintah bantu pemasaran produk daur ulang
Produksi pupuk kompos di KSM Kenanga Merdikorejo, Tempel, Sleman. Produk daur ulang berupa kompos lebih mudah pemasangannya dibanding kerajinan daur ulang sampah anorganik. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)
Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KSM) Kenanga, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang  berhasil mengolah sampah menjadi berbagai barang produk ulang hingga memiliki nilai ekonomis,  menghadapi kesulitan dalam mengoptimalkan pemasarannya.

"Banyak yang dapat dihasilkan dari pengelolaan sampah di sini. Untuk sampah organik dijadikan pupuk kompos dan untuk sampah plastik dibikin berbagai produk kerajinan. Hanya saja kami masih kesulitan dalam pemasaran," kata Ketua KSM Kenanga Merdikorejo, Tempel Haryati Sumiati di Sleman, Kamis.

Menurut dia, untuk saat ini dari sektor pemasaran produk daur ulang tersebut memang belum maksimal.

"Kami sangat mengharapkan bantuan dalam pemasaran, selama ini pemerintah baru membantu dalam hal pelatihan," katanya.

Ia mengatakan, KSM Kenanga Merdikorejo bisa mengolah sampah botol dan plastik kemasan menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual.

"Produk yang dihasilkan seperti tas, bunga plastik, piring dan tirai dari botol minuman," katanya.

Ia mengatakan, kelompoknya baru memproduksi kerajinan-kerajinan tersebut jika ada pesanan dari konsumen.

"Produksi kerajinan tidak tentu, kalau sebulan ada pesanan baru bikin kalau tidak ya sesempatnya saja," katanya.

Haryati mengataakn, memang kendala utama selama ini ada di pemasara, karena minimnya jaringan pemasaran.

"Kami berharap pemerintah bisa membantu mencarikan 'link' untuk pemasaran," katanya.

Ia mengatakan, saat ini cara pemasaran produk daur ulang sampah anorganik di kelompoknya masih melalui online. Selain itu juga dari mulut ke mulut.

"Kalau ada pameran kami juga titipkan untuk dipasarkan di situ," katanya.

Sedangkan perbandingan antara sampah organik dan anorganik yang diolah sebesar 20:80. Jika dihitung, pemanfaatan sampah plastik yang diubah menjadi kerajinan ini tentu akan mengurangi jumlah sampah yang ada.

"Satu tas slempang sederhana saja bisa dibuat dengan puluhan lembar plastik kemasan bekas," katanya.

Selain mengurangi jumlah sampah plastik, produk kerajinan tersebut sebenarnya dapat menambah perekonomian masyarakat.

"Harga jual kerajinan dari plastik bekas itu bisa sampai Rp250 ribu. Namun sekali lagi itu kalau ada pesanan, atau kalau ada kunjungan dari pejabat baru kami buat," katanya.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman Dwi Wulandari mengataakn jika pihaknya turut membantu dalam penjualan produk daur ulang dari sampah. Tetapi memang tidak semua bisa dijual begitu saja.

"Ya produk harus lolos kurasi," katanya.

Ia mengatakan, produk daur ulang yang bisa dibantu pemasarannya adalah produk yang berasal dari Sleman. Selain itu, juga harus lolos dalam kurasi oleh tim dari Disperindag Sleman.

"Selain itu produksinya harus berkelanjutan. Sebenarnya kalau layak dan potensial akan kami bantu," katanya.
 

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019