• Beranda
  • Berita
  • Asosiasi Industri Jerman ingin miliki hubungan baik dengan Indonesia

Asosiasi Industri Jerman ingin miliki hubungan baik dengan Indonesia

28 Maret 2019 17:32 WIB
Asosiasi Industri Jerman ingin miliki hubungan baik dengan Indonesia
Managing Director Asosiasi Industri Teknik Mesin Jerman, Elgar Straub di Jakarta, Kamis (28/3/2019). (ANTARA/Aji Cakti)
Asosiasi Industri Teknik Mesin Jerman atau Mechanical Engineering Industry Association (VDMA) berharap memiliki hubungan perdagangan yang baik dengan Indonesia.

"Tentu saja kami dari pihak industri sangat ingin memiliki hubungan yang baik dan terbuka dengan semua negara di dunia ini, khususnya Indonesia. Indonesia sendiri merupakan mitra dagang paling penting, dan itu tidak diragukan lagi," ujar Managing Director Textile Care, Fabric and Leather Technologies VDMA, Elgar Straub di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan bahwa saat ini hubungan perdagangan secara internasional sedang mengalami masalah, dan pihaknya sebagai pelaku industri berharap hal tersebut bisa membaik dalam waktu mendatang.

"Saya hanya bisa berharap masalah tersebut bisa membaik dalam waktu mendatang, seperti hubungan perdagangan Amerika - China, Indonesia - Eropa dan Amerika Serikat dengan negara-negara lainnya," ujarnya.

Dia juga menambahkan bahwa hubungan perdagangan yang saat ini sedang memanas secara internasional telah membuat semua pihak menelan kerugian.

"Dalam lima tahun terakhir Eropa meningkatkan hambatan perdagangannya, mungkin sebagai reaksi terhadap situasi dunia internasional di mana China juga ikut menaikkan hambatan perdagangannya bukan dalam sektor tarif seperti pajak, cukai dan semacamnya, namun di sektor nontarif seperti aturan yang menyulitkan impor produk," kata Elgar.

Menurut dia, kondisi ini tentunya tidak bagus untuk bisnis internasional, dan bisnis internasional seharusnya berjalan sebebas mungkin.

Elgar Straub juga berharap hubungan perdagangan antara Eropa dan Indonesia bisa segera pulih seperti semula dibandingkan saat ini.

Kondisi hubungan Indonesia dan Eropa saat ini sedang menghangat, karena Komisi Eropa telah memutuskan bahwa budidaya kelapa sawit mengakibatkan deforestasi berlebihan dan penggunaannya dalam bahan bakar transportasi harus dihapuskan.

Komisi tersebut juga telah mengeluarkan Delegated Regulation Supplementing Directive 2018/2001 of the EU Renewable Energy Directive II. Secara garis besar rancangan itu akan mengisolasi dan mengecualikan minyak kelapa sawit dari sektor biofuel Uni Eropa sehingga dapat menguntungkan produk minyak nabati lainnya.

Hal itu berpotensi memberikan dampak negatif bagi kepentingan produsen minyak kelapa sawit utama seperti Indonesia dan Malaysia.

Langkah UE ini kemudian mendapatkan tanggapan keras dari pemerintah Indonesia, salah satunya dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengancam balasan atau retaliasi kepada Uni Eropa jika kawasan itu memboikot produk kelapa sawit Indonesia.

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019