• Beranda
  • Berita
  • Faisal Basri sarankan penyelesaian sawit lewat diplomasi satu pintu

Faisal Basri sarankan penyelesaian sawit lewat diplomasi satu pintu

28 Maret 2019 22:23 WIB
Faisal Basri sarankan penyelesaian sawit  lewat diplomasi satu pintu
Ekonom senior Indef Faisal Basri dalam diskusi (ANTARA/Ade Irma Junida)

Kalau diplomasi satu pintu, jangan Menko Darmin ngomong, Menko Luhut ngomong, jadi pusing. Ini sudah ranahnya diplomasi, di mana masalah satu dengan masalah lain terkait, hubungannya harus baik

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menyarankan agar masalah terkait sawit bisa diselesaikan lewat diplomasi satu pintu melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

"Serahkan ke Bu Menlu karena ini sudah negosiasi antarnegara. Karena kalau ada apa-apa ini bukan urusan sekadar sawit tapi urusan diplomasi secara keseluruhan," kata Faisal di Jakarta, Kamis.

Hal itu diungkapkan Faisal karena menurut dia karakter Menlu Retno yang sejuk, santun dan terukur diharapkan dapat memberikan implikasi pada saat negosiasi.

Ia menambahkan, diplomasi juga seharusnya dilakukan melalui satu pintu. Dengan demikian, tokoh lain seharusnya tidak ikut campur dengan ikut menimpali sehingga membuat masalah jadi rumit.

"Kalau diplomasi satu pintu, jangan Menko Darmin ngomong, Menko Luhut ngomong, jadi pusing. Ini sudah ranahnya diplomasi, di mana masalah satu dengan masalah lain terkait, hubungannya harus baik," katanya.

Upaya diplomasi, menurut Faisal merupakan langkah yang perlu dilakukan ketimbang melayangkan ancaman menghentikan impor dari benua biru.

Pasalnya, Indonesia akan mengalami kerugian jika tak lagi mengimpor sejumlah kebutuhan dari Eropa.

"Menurut saya harus diplomasi, seolah ini perang Eropa dengan negara, padahal kita relatif dirugikan," ujarnya.

Di sisi lain, Faisal mengatakan Indonesia ada baiknya bercermin atas apa yang dituduhkan Uni Eropa untuk memboikot produk sawit nasional.

"Kenapa Uni Eropa memboikot sawit kita? Karena banyak lahan tumpang tindih sawit, termasuk ribuan hektare yang seharusnya hutan. Kita lihat tuduhan-tuduhan Eropa itu benar tidak? Kalau tuduhan itu tidak benar, baru bawa ke WTO. Apa gunanya mengancam?" katanya.
 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019