"Nah ini bukan kewenangan daerah, tetapi kewenangan dari Pemerintah Pusat. Nah ini sangat di butuhkan, olehnya harus segera," ucap Bupati Sigi Mohammad Irwan Lapatta di Sigi, Jumat (29/3).
Saat bencana gempa dan likuefaksi menghantam Kabupaten Sigi dan Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat 28 September 2018. Kurang lebih sekitar 30.000 meter irigasi, sebagai sarana air untuk pertanian rusak total.
Hulu irigasi terdapat di bagian Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi dan hilirnya di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu.
Akibat dari kerusakan irigasi tersebut, petani di Sigi tidak dapat kembali mengolah lahan pertanian pascabencana, dikarenakan tidak ada air.
Kata Irwan Lapatta, saat ini proses tender/lelang proyek pengerjaan terhadap irigasi telah selesai, dan pekerjaan pembangunan irigasi yang terdampak gempa dan likuefaksi tengah berlangsung.
"Pemerintah pusat yang menangani pekerjaan pembangunan irigasi harus lebih cepat, karena masyarakat sangat butuh air," ujar dia.
Masyarakat di Kecamatan Biromaru, Kecamatan Gumbasa, Tanambulava, Dolo dan sebagian di Kecamatan Marawola sangat membutuhkan air untuk mengolah lahan pertanian.
Untuk irigasi pedesaan, kata bupati, Pemerintah Kabupaten Sigi masih bisa menanggulangi dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah serta upaya-upaya lainnya.
Namun itu hanya sedikit, dilihat dari sisi kuantitas masyarakat yang membutuhkan air. Jauh lebih besar masyarakat yang membutuhkan air lewat irigasi yang ditangani oleh pemerintah pusat, jika di bandingkan.
Sebelum bencana gempa dan likuefaksi menghantam, puluhan desa mulai dari Kecamatan Gumbasa hingga Biromaru yang dilalui irigasi menggunakan air dari irigasi itu untuk pertanian.
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019