Membelah laut demi mulusnya pesta demokrasi

30 Maret 2019 09:34 WIB
Membelah laut demi mulusnya pesta demokrasi
Sejumlah penyelenggara Pemilu 2019 melakukan simulai pemungutan dan perhitungan suara pemilihan umum 2019 di Sumenep, Jawa Timur, Sabtu (16/3/2019). Simulasi tersebut bertujuan memberikan gambaran teknis penyelenggaran Pemilu di Tempat Pemungutan Suara. ANTARA FOTO/Zabur Karuru (ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)
Tak terbayangkan bagi Abdul Warist bisa menjadi salah satu wakil negara di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, khususnya untuk penyelenggaraan Pemilu 2019, sebab sebelumnya dia adalah seorang aktivis yang selalu mengkritisi penyelenggara negara di wilayah itu.

Kini, tugas yang diemban Warist pun tidak sederhana, sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kabupaten Sumenep. Dia beserta anggotanya diminta mampu melancarkan pelaksanaan proses pesta demokrasi di wilayah itu, khususnya bidang penyaluran logistik Pemilu 2019.

Kondisi wilayah yang cukup luas dengan total 27 kecamatan, dan kesemuanya bertumpu pada pundak seorang Warist sebagai pucuk pimpinan KPU. Dirinya mungkin tidak terlalu pusing apabila seluruh kecamatan berada di satu tempat atau daratan, namun hal itu tidak terjadi di Sumenep. Secara geografis wilayah Kabupaten Sumenep terdiri dari kepulauan dan daratan. Jumlah pulau kecil di wilayah itu, berdasarkan data pemkab setempat, mencapai 126 pulau, dan yang berpenghuni mencapai 48 pulau atau sekitar 38 persen. Kepulauan yang berpenghuni menjadi tugas KPU untuk membagikan logistik, tercatat ada di sembilan kecamatan, dan serentak diwajibkan melaksanakan Pemilu pada 17 April 2019.

Menyikapi kondisi ini bukan tugas yang mudah. Untuk kepulauan terjauh dari pusat Kota Sumenep bisa ditempuh 18 jam perjalanan darat serta membelah laut, tepatnya di Desa/Pulau Sakala, Kecamatan Sapeken. Setelah sampai di Pulau Sapeken, dibutuhkan lagi menyeberang ke Pulau Sakala menggunakan kapal nelayan. Ketika sampai di pulau itu, jangan dibayangkan semua serba tersedia, termasuk signal hanphone. Saran seorang warga, apabila ingin berkunjung ke pulau itu agar meminta izin kepada keluarga di rumah bahwa tidak bisa dihubungi dalam waktu dua hingga tiga hari.

Ada lagi yang paling jauh dan susah proses pendistribusiannya adalah ke Kepulauan Maselembu, karena akses transportasi ke pulau itu tidak ada setiap hari, dan kadang hanya dua kali seminggu, itu pun jika cuaca normal.

Bahkan, sering juga tidak ada transportasi ke pulau itu dalam sebulan karena cuaca kurang kondusif, akhirnya KPU Sumenep harus ke Surabaya menggunakan kapal besar dan membutuhkan waktu lebih lama karena proses pengirimannya harus ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya terlebih dahulu.

“Meski demikian, wilayah kepulauan bagi kami tetap menjadi prioritas pengiriman logistik Pemilu 2019 karena lokasinya yang cukup jauh dan berbeda-beda. Dan sudah kami siapkan semuanya sejak dini,” kata Abdul Warist, kepada Antara yang ditemui di kantornya.

Persiapan dini yang dikatakan Warist ternyata benar adanya. Ketika tim Kantor Berita Antara mendatangi kantor KPU Sumenep pertengahan Maret 2019, seluruh logistik kepulauan sudah dalam kondisi siap berangkat. Tampak truk bernomor polisi M 8853 HV dengan warna kombinasi hijau dan kuning sudah parkir di halaman Kantor KPU, tepatnya di Jalan Asta Tinggi No 99, Temor Lorong, Sumenep.

Dengan bak belakang tertutup terpal serta berisi kotak surat suara Pemilu 2019, truk itu sudah siap diberangkatkan ke beberapa wilayah kepulauan yang dijadwalkan mulai tanggal 2 April 2019.

“Ini adalah truk pertama yang siap berangkat dan rencananya akan “stand by” terlebih dahulu di pelabuhan sambil menunggu laporan cuaca dari operator pelabuhan mengenai kondisi beberapa perairan di Kabupaten Sumenep,” kata Warits yang mempunyai kewenangan bagian Umum, Keuangan dan Logistik tersebut.

Ritual Doa
Ilustrasi. Pendistribusian kotak suara memakai perahu. ANTARA FOTO/Seno/15.


Untuk menempuh perjalanan jauh dan membelah laut membawa logistik ke wilayah kepulauan, anggota KPU Sumenep tidak lantas cukup menyerahkannya ke pihak ekspedisi, kemudian petugas KPU berleha-leha di kantor sambil menunggu laporan.

Sebab ada rasa tanggung jawab yang besar apabila terjadi musibah di tengah jalan atau ketidaksesuaian kondisi kotak suara ketika sampai atau pun balik kembali, karena tantangan terberat bagi penyelenggara pemilu di wilayah kepulauan adalah alam. Hal inilah membuat jantung setiap anggota KPU berdetak lebih keras ketika proses pengiriman berlangsung.

Gangguan keamanan pada pelaksanaan pemilu, seperti kerusuhan atau konflik perseteruan antarpendukung bukan hal yang ditakuti oleh Warist dan anggotanya, karena mungkin tidak akan terjadi kalau melihat budaya orang Sumenep yang guyub dan rukun serta penurut terhadap orang tua, seperti kiai.

Ia mengatakan, tantangan terberat yang harus dihadapi dalam setiap pelaksanaan pesta demokrasi di wilayah kepulauan adalah alam atau berkaitan dengan cuaca, dan "musuh" utama bagi para komisioner KPU di sini adalah rasa kekhawatiran dan ketakutan itu sendiri.

“Rumus sederhana kami untuk menghadapi itu adalah berdoa dan tawakal, dan itu yang selalu kami gunakan. Sebab kami tidak terlalu memikirkan soal konflik atau gangguan keamanan. Karena ketika alam tidak bersahabat, pelaksanaan pesta demokrasi bisa buyar,” kata Warits, yang juga mantan Sekretaris Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Sumenep itu.

Oleh karena itu, kata dia, komisioner KPU selalu melakukan ritual doa agar setiap pengiriman logistik lancar dan diberikan cuaca yang kondusif. Begitu sebaliknya, ketika proses demokrasi selesai di suatu kepulauan, pengiriman logistik balik pun diharapkan bisa kondusif pula. Warits menyadari, bahwa tingkat keilmuan masing-masing manusia di dunia berbeda-beda, namun ketika manusia itu telah berusaha mencapai batas maksimal dan apa yang dicapai tidak sesuai dengan ekspektasi atau harapan, tentu mereka (manusia) akan kembali pada titik religiutasnya, yakni hanya bisa berdoa dan menyerahkan semua pada pemegang kekuasaan alam.

Ia mengatakan, segala upaya dan niat baik pada pelaksanaan pemilu di wilayah Sumenep telah dilakukan, salah satunya membungkus untuk perlindungan kotak suara dengan plastik besar yang melilit setiap sudut kotak. Bungkus itu, khusus untuk kotak suara yang hendak didistribusikan ke kepulauan.

“KPU membungkus setiap kotak suara dengan plastik putih yang tahan air, tujuannya agar kotak dan berbagai jenis logistik di dalamnya, seperti kertas suara dan kertas rekapitulasi pemilu aman,” katanya.

Komisioner KPU Sumenep Divisi Teknik, Malik Mustofa mengatakan, bungkus kotak suara itu sebagai antisipasi terjelek dalam perjalanan. Khawatir terjadi cuaca buruk, ombak besar atau terkena air. Dan jika dibungkus dengan plastik kemungkinan aman meski jatuh ke laut.

Malik mengaku, tujuan besar KPU Sumenep dalam pelaksanaan Pemilu 2019 ini cukup sederhana, yakni supaya pelaksanaan pesta demokrasi di wilayah kepulauan bisa berjalan lancar, karena hal itu adalah hak warga negara, dan kewajiban negara untuk bisa menghadirkan pesta demokrasi, meski tempatnya nan jauh di sana. 

Simulasi

Sementara itu, selain memprioritaskan kepulauan dalam pengiriman logistik, KPU Sumenep juga menunjukkan keseriusannya dalam Pemilu kali ini dengan memberikan bimbingan pelaksanaan pesta demokrasi kepada sumber daya manusia (SDM) di bawahnya, atau menggelar simulasi.

Simulasi pemungutan dan penghitungan suara itu ditujukan khusus kepada panitia pemilihan kecamatan (PPK) dan panitia pemungutan suara (PPS). Komisioner KPU Sumenep Divisi Perencanaan dan Data, Rahbini, mengatakan simulasi dilakukan untuk mencontohan pelaksanaan pemilu, yakni mulai dari pelaksanaan pemungutan suara hingga penghitungan hasil pemungutan suara, baik pemilu presiden maupun pemilu legislatif.

"Tujuan simulasi adalah untuk memberikan gambaran teknik tentang pelaksanaan pemungutan suara kepada petugas pelaksana pemilu di lapangan,” kata Rahbini.

Simulasi tentang teknik pelaksanaan pemilu digelar secara bergantian untuk semua petugas penyelenggara pemilu di masing-masing daerah pemilihan (dapil).

Dalam simulasi itu, KPU mempraktikkan pelaksanaan pemilu di tempat pemungutan suara (TPS) oleh kelompok penyelenggara pemungutan suara, yakni memberi contoh teknik mencoblos, tempat masuk dan keluar pemilih, serta pola pengamanan oleh aparat keamanan. Dengan kegiatan ini, kata Rahbini, diharapkan nantinya petugas penyelenggara pemilu di lapangan memiliki gambaran yang utuh tentang pelaksanaan pemilu.

"Bagi PPK yang telah mendapatkan bimbingan teknis, nantinya saat bertugas bisa memberikan bimbingan atau contoh kepada petugas penyelenggara lainnya di tingkat TPS,” katanya.

Ia menjelaskan, dalam simulasi yang dilakukan dijelaskan tentang contoh surat suara sah dan tidak sah, serta cara memberikan tanda bagi pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya pada pemilu 2019 dengan mencelupkan jarinya pada tinta pemilu. Ia berharap, dengan segala upaya yang dilakukan KPU Sumenep pelaksanaan Pemilu 2019 di wilayah itu bisa berjalan aman dan kondusif, serta didukung dengan cuaca yang bersahabat, sehingga proses hingga akhir pesta demokrasi tidak ada masalah yang berarti.

“Kami menyadari kemampuan manusia memang ada batasnya. Dan kami para  komisioner KPU telah menuangkan segala upaya agar pelaksanaan Pemilu 2019 bisa berjalan baik, tentunya dengan dukungan semua pihak,” katanya.

 

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019