Shinya Aoki hanya membutuhkan waktu kurang satu menit untuk melumpuhkan sang juara bertahan yang memiliki julukan Landslide itu. Petarung yang berjuluk Tobikan Judan ini sukses melakukan kuncian yang membuat Folayang tidak bisa melawan dan pertarungan langsung dihentikan wasit.
Hasil ini jelas menjadi sebuah kebanggan karena menjadi sukses ganda bagi Shinya Aoki. Sukses pertama adalah sukses melakukan balas dendam setelah pada 11 November 2016 dikalahkan Folayang dan sukses yang kedua adalah mampu menjadi juara dunia di rumah sendiri dalam laga yang bertajuk One : A New Era.
Aoki memang cukup percaya diri sejak dimulainya pertarungan. Apalagi dukungan terus diberikan oleh penonton yang memadati stadion. Begitu juga Folayang yang bermain dengan tenang. Namun, ketenangan petarung asal Filipina itu justru menjadi bumerang.
Kemenangan Aoki ini membuat stadion yang biasa untuk pertarungan sumo ini bergemuruh. Hal tersebut terjadi karena hanya Aoki yang sukses meraih kemenangan dan akhirnya menjadi juara dunia. Peluang sebenarnya terjadi juga pada Ken Hasegawa. Namun, upaya menjadi juara dunia digagalkan Aung La N Sang.
"Saya senang dengan hasil ini. Tapi saya tidak hanya berhenti disini karena ke depan banyak tantangan (pertarungan) yang harus saya jalani," kata Shinya Aoki usai pertarungan.
Aoki berharap apa yang diraih saat ini terus berlanjut. Pihaknya juga menyadari jika persaingan di One Championship kedepannya bakal lebih ketat. Untuk itu dirinya akan terus menempa diri terutama untuk mempertahankan predikat juara dunia kelas lightweight.
Sementara itu, CEO One Championship Chatri Sityodtong mengaku puas dengan pelaksanaan One : A New Era di Jepang. Selain pelaksanaanya berjalan dengan lancar, animo masyarakat untuk menonton juga cukup besar.
Baca juga: Aung La kokohkan dominasinya di One Championship
Baca juga: Eddie Alvarez gagal debut manis di One Championship
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019