• Beranda
  • Berita
  • Beberapa catatan analis politik pada Debat Capres keempat

Beberapa catatan analis politik pada Debat Capres keempat

1 April 2019 10:45 WIB
Beberapa catatan analis politik pada Debat Capres keempat
Capres nomor urut 01 Joko Widodo dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan saat mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). Debat itu mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, serta Hubungan Internasional. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Analis Politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai penampilan kedua capres, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, pada Debat Capres keempat adalah yang terbaik, tapi masih ada beberapa catatan untuk penyelenggara debat.

Pangi Syarwi Chaniago mengatakan hal itu melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Senin, mencermati pelaksanaan Debat Capres keempat yang diselenggarakan KPU, di Jakarta, Sabtu (30/3) malam.

Menurut Pangi Syarwi, pada Debat Capres keempat, capres 02 Prabowo Subianto, sudah bisa “menyerang” gagasan dan kebijakan capres 01 Joko Widodo. "Prabowo menyerang gagasan tanpa menyerang 'personal'. Prabowo kali ini berhasil mengambil 'panggung' debat yang mahal dan megah ini." katanya.

Di sisi lain, kata dia, Capres 01 Joko Widodo, beberapa kali menggunakan istilah yang belum bersahabat dengan telinga masyarakat, seperti istilah “dilan” yang maksudnya “digital dan melayani”. Jokowi juga menyebut istilah “Mal Pelayanan Publik” untuk menyasar pemilih milenial. "Apakah Jokowi berhasil menggaet suara milenial?" kata Pangi.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini menilai, penampilan Jokowi dan Prabowo dalam debat kali ini bisa disebut sukses memainkan perannya masing-masing karena pada debat sebelumnya seperti peran aktor yang tertukar.

Pada Debat kali ini, kedua kandidat tampil dengan karakter aslinya, Jokowi terlihat santai dan lebih kalem dibandingkan debat sebelumnya. Sebaliknya Prabowo tampil "garang" sejak menit awal debat dimulai. "Orisinalitas Prabowo ini sepertinya sudah dinanti-nanti lama oleh para pendukungnya dalam panggung debat," katanya.

Menurut Pangi, Prabowo kembali ke jati dirinya yang keras dan tegas, sementara Jokowi kembali ke jati dirinya yang kalem dan tenang, tidak menggebu-gebu menyampaikan capaian keberhasilan program pemerintahannya selama ini.

Penampilan debat dari kedua kandidat, kata dia, hanya akan menguatkan pendukungnya sendiri atau "strong voters". "Saya pikir belum terlalu efektif daya pikat jangkauannya menarik pemilih rasional yang belum menentukan pilihan atau 'undecided voters'," katanya.

Dalam pandangan Pangi, sebagai capres petahana, paparan Jokowi terkait tema debat masih terlalu datar, seharusnya beliau tampil lebih baik dengan asupan data dan “success story” pemerintahannya selama 4,5 tahun terakhir.

Sementara itu, Prabowo tampil agresif bahkan cenderung ofensif. "Emosi tak terkontrol di tengah debat membuat citra positif di awal debat menjadi buyar. Imajinasi dari pemilih rasional akan mulai menerawang liar, dan ini sangat tidak menguntungkan," katanya.

Menurut Pangi, kontrol emosi yang buruk ini membuat struktur sentimen yang awalnya mulai positif membuat registrasi pemilih "swing voter" kembali menguat.

Kedua kandidat, menurut Pangi, seharusnya lebih jeli membaca situasi, kondisi, dan mampu memposisikan diri.

"Kedua kandidat harus menyadari bahwa dukungan yang mereka dapat hari ini sudah mulai mengkristal, sehingga segmen pemilih yang menjadi target debat adalah 'undecided voter' dan 'swing voter' untuk meningkatkan elektoral," katanya.

Menurut Pangi, masih ada satu kesempatan debat lagi, kedua kandidat harus mempertimbangkan hal ini jika ingin memaksimalkan dukungan tambahan.

Baca juga: Persahabatan Jokowi-Prabowo versus golput

Baca juga: Lebih dari sejuta cuitan ramaikan Debat Capres

 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019