Keterangan pers PGN di Jakarta, Senin menyebutkan pembangunan terminal itu mempunyai peran kunci menopang pasokan gas di Jawa Timur, dan pembukaan pasar ritel di Jawa-Bali dan sekitarnya.
Selain itu, keberadaan terminal LNG diharapkan bisa mempercepat penggunaan energi ramah lingkungan bagi industri pelayaran.
Dalam skema distribusi dan transmisi gas, pasokan LNG dapat dikapalkan dari Kilang Bontang, Kaltim, atau Tangguh, Papua, dan bahkan impor jika pasokan domestik tidak mampu lagi memasoknya.
LNG dapat ditampung di Terminal Teluk Lamong, yang mempunyai fasilitas penampungan sementara dan selanjutnya disalurkan untuk penjualan ritel.
Dengan begitu, LNG bisa langsung mengalir ke konsumen melalui jaringan pipa dan juga didistribusikan melalui truk kepada konsumen ritel.
Anak usaha PGN, yakni PT PGN LNG Indonesia (PLI) berkongsi dengan PT Pelindo Energi Logistik, selaku anak usaha Pelindo III, ditugaskan menggarap tiga fase pembangunan.
Pada fase pertama, pembangunan dan pengoperasian Terminal LNG Teluk Lamong, bisa memasok gas 30 MMSCFD yang dialirkan melalui jaringan pipa Jatim.
Pada fase pertama, pembangunan akan fokus kepada fasilitas regas di tepi pantai, dan menggunakan storage sementara, dengan utilisasi kapal LNG ukuran sedang sesuai dengan ukuran jetty eksisting Terminal Teluk Lamong.
Fase berikutnya yaitu pembangunan terminal lengisian LNG skala kecil untuk distribusi LNG di luar sistem pipa PGN dan ship to truck LNG bunkering.
Fase paling akhir mencakup pembangunan tangki LNG permanen, dimulai dengan dengan ukuran 50.000 cbm, sebagai pengganti floating storage, untuk memenuhi kebutuhan gas suplai untuk sistem pipa PGN di Jawa Timur, dan dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan sampai dengan 180 MMSCFD.
Pengoperasian penuh pada 2023, dan dapat berkembang untuk pemenuhan semua kebutuhan gas di Jawa Timur sebesar 600 MMSCFD dalam jangka panjang.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengungkapkan pembangunan permanen yang bertahap ini akan mengurangi biaya capex dan opex secara signifikan.
“Hal itu jika dibandingkan dengan temporary solution karena adanya pengurangan opex dari hilangnya pembiayaan sewa harian FSU dan berkurangnya biaya marine operation. Untuk capex akan berkurang dengan signifikan karena menggunakan Terminal eksisting. Salah satu biaya terbesar dalam pembangunan small scale LNG terminal adalah pembangunan jetty dan fasilitas pelabuhan,” katanya.
Baca juga: Kapal internasional mulai rutin singgahi Teluk Lamong
Baca juga: DPR kunjungi Pelindo III diskusikan Teluk Lamong
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019