"Berangkat dari era globalisasi, katanya era revolusi industri 4.0 akan mengancam sekitar 130 juta generasi milenial di Indonesia. Dalam hal ini, kami punya tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi milenial menyambut globalisasi 4.0," kata perwakilan ISEI Budiono di sela acara Seminar Nasional "Tantangan dan Peluang Bisnis Bagi Generasi Milenial Era Revolusi Industri 4.0 di Surakarta, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan terkait dengan revolusi industri ini, generasi milenial harus mampu menangkap peluang sekaligus waspada terhadap tantangan.
"Generasi milenial jangan jadi penonton, semua harus mengantisipasi. Termasuk perguruan tinggi harus tanggap, sesuaikan kurikulum dengan teknologi, misalnya penerapan e-learning dan membuka prodi baru yang mendukung 4.0, seperti bisnis digital," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua ISEI Surakarta Bambang Setiaji mengatakan industri 4.0 mengubah dunia bisnis. Ia mengatakan dengan memanfaatkan fintech, masyarakat bisa memulai bisnis tanpa mengandalkan aset.
"Termasuk mahasiswa bisa berbisnis dari kosnya dengan modal minimum," katanya.
Sementara itu, pada sambutannya Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso yang diwakili oleh Pelaksana Harian Kepala OJK Surakarta Triyoga Laksito mengatakan perkembangan teknologi tidak bisa dibendung.
"Hampir semua lini usaha akan mengalami perubahan yang signifikan, di antaranya transportasi, ritel, pabrik, dan sektor keuangan," katanya.
Ia mengatakan untuk sektor keuangan ini di antaranya digital banking, investasi, asuransi, pinjaman berbasis "online" (daring) dan uang elektronik.
"Revolusi industri 4.0 dengan berbagai kemudahan membuka kesempatan bagi munculnya wirausahawan baru. Teknologi akan mendorong UMKM untuk tumbuh lebih tinggi," katanya.
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019