"Rencana pembangunan (fasilitas iradiasi gamma) ini merupakan pemberdayaan hasil pertanian dan penyelesaian masalah pertanian di hilir," kata Koster saat menerima rombongan tim dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, pembangunan fasilitas penanganan pascapanen hasil pertanian dengan iradiasi gamma merupakan salah satu wujud nyata dari pemberlakuan Peraturan Pubernur Nomor 99 Tahun 2018 mengenai pemanfaatan dan pemasaran produk pertanian lokal.
"Pergub ini memiliki tujuan utama untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan para petani di Bali. Dengan teknologi, jadi produknya bisa bertahan lebih panjang, buah-buahan dan sayuran awet dan tahan lama, serta terbebas dari bakteri," ujar gubernur.
Mengenai pendanaan yang diperkirakan menelan biaya hingga Rp160 miliar, Koster yang dalam kesempatan tersebut didampingi Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali IB Wisnuardana menyatakan dirinya akan segera mencari solusi yang terbaik termasuk dengan mengupayakan alokasi anggaran dari pusat.
Sebelumnya dalam simakrama (tatap muka) dengan masyarakat Buleleng, Koster menyebutkan pihaknya saat ini hanya memikirkan skema pembiayaan, karena lahan yang akan dipakai sebagai lokasi pembangunan iradiasi gamma di Buleleng sudah tersedia.
Lahan tersebut adalah milik Pemprov Bali seluas 22 hektare di kawasan Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. "Lahan untuk pembangunan iradiasi gamma 'kan sudah siap, tinggal pakai itu. Kebutuhan lahan memang luas, karena harus ada pergudangan, ruang paking, dan penyortiran, sebelum masuk ke mesin pengolahan iradiasi gamma," ucapnya.
Sementara itu, peneliti energi nuklir dari Batan Prof Yohannes Sardjono mengemukakan keunggulan dari penerapan iradiasi gamma pada produk pertanian dan peternakan yang mampu memperpanjang usia simpan produk tersebut.
"Pemaparan dengan sinar gamma akan membantu meminimalkan bakteri dan penyebab busuk lainnya sehingga masa simpan bisa lebih panjang. Namun demikian, prosenya sama sekali tidak merusak kandungan gizi dari bahan pangan dan tetap aman serta higienis untuk dikonsumsi," ucap Sardjono.
Dengan masa simpan yang panjang, produk pertanian tersebut otomatis dapat dipasarkan dan didistribusikan dengan lebih leluasa karena meminimalkan risiko kebusukan.
"Jadi akan sangat mengurangi risiko produk yang terbuang sia-sia, petani pun bisa mendapatkan dampak secara ekonomi karena produknya bisa lebih lama dipasarkan," katanya.
Sardjono juga menyebutkan fasilitas iradiasi sinar gamma sudah banyak diterapkan di negara-negara lain terutama yang memiliki komoditas pertanian.
"Jepang misalnya sudah punya belasan fasilitas iradiasi sinar gamma untuk penanganan produk pertaniannya, begitupun China dan Australia. Harapannya dengan pembangunan fasilitas ini Bali bisa menuju kepada kedaulatan pangan, penanganan pertanian dari hulu ke hilir serta memberikan produk berkualitas baik untuk pasar lokal maupun wisatawan asing," ujar Sardjono.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019